Bisnis.com, Jakarta – Ekonom memperkirakan Indonesia akan kembali mencatat surplus neraca perdagangan pada April 2024. Namun surplus ini diperkirakan lebih sedikit dibandingkan bulan lalu.

Ekonom Bank Permata Faisal Rachman memperkirakan neraca perdagangan Indonesia akan mencatat surplus US$3,4 miliar pada April 2024. Surplus yang diproyeksikan akan menyusut dari $4,47 miliar yang dicapai pada Maret 2024.

Faisal mengatakan, turunnya surplus neraca perdagangan Indonesia terutama dipengaruhi oleh terbatasnya hari kerja menjelang libur Idul Fitri pada April 2024.

“Kami memperkirakan surplus neraca perdagangan sebesar USD 3,4 miliar pada bulan April 2024, yang didorong oleh cuaca dibandingkan bulan Maret, karena libur Idul Fitri selama seminggu di bulan April, sehingga kami memperkirakan ekspor dan impor akan menurun dalam beberapa hari kerja. ” katanya pada konferensi media. Selasa (14/5/2024).

Faisal juga memperkirakan penurunan ekspor lebih kecil dibandingkan impor pada April 2024.

Hal ini disebabkan oleh efek musiman, seperti peningkatan impor minyak menjelang Idul Fitri, dan kenaikan harga akibat konflik di Timur Tengah.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$4,47 miliar pada Maret 2024.

Surplus tersebut terutama berasal dari sektor nonmigas sebesar US$6,51 miliar, namun defisit pada sektor migas menyempit menjadi US$2,04 miliar.

Rinciannya, nilai ekspor Indonesia mencapai US$22,43 miliar pada Maret 2024 atau meningkat 16,40% secara bulanan. Secara year-on-year, nilai ekspor mengalami penurunan sebesar 4,19 persen.

Sementara nilai impor Indonesia mencapai US$17,96 miliar pada Maret 2024, turun 2,60% year-on-month dan 12,76% year-on-year.

Pada kesempatan lain, Kepala Ekonom PT Bank Syaria Indonesia Tbk. (BRIS) Banjaran Surya Andrastom memperkirakan surplus neraca perdagangan pada April 2024 mencapai US$3,15 miliar, turun dibandingkan surplus Maret 2024.

Surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 diperkirakan sebesar US$3,15 miliar, turun dibandingkan surplus US$4,47 miliar pada bulan sebelumnya, ujarnya.

Banjaran memperkirakan kinerja ekspor Indonesia akan kembali tumbuh positif sekitar 6% pada April 2024, menyusul penurunan pada bulan sebelumnya sebesar -4,19%.

Di sisi lain, kinerja impor diperkirakan tumbuh sebesar 9,37 persen pada periode yang sama, lebih tinggi dibandingkan perkiraan pertumbuhan ekspor.

Menurut Banjaran, peningkatan kinerja impor terutama dipengaruhi oleh kembali normalnya aktivitas produksi pasca Idul Fitri.

Banjaran menjelaskan, peningkatan impor yang tajam sebesar 9,37 persen menyebabkan penurunan neraca perdagangan.

Sementara itu, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Tiko Rifaki juga memproyeksikan surplus neraca perdagangan akan mengecil pada April 2024.

“Dari sisi neraca perdagangan, kami perkirakan sedikit menurun, antara USD 3,5 miliar hingga USD 4 miliar,” ujarnya.

Menurut dia, menyusutnya surplus tersebut terutama dipengaruhi oleh ketidakpastian perekonomian global dan berkurangnya hari kerja di rumah akibat libur Idul Fitri.

Selain itu, Rafqi mengatakan penurunan tajam nilai ekspor dibandingkan impor juga bisa berdampak pada menyusutnya surplus.

“Salah satunya berdampak pada periode April 2024 yang mana jatuhnya lebaran dan aktivitas produksi kita relatif kurang produktif dibandingkan bulan sebelumnya,” jelas Rifaki.

Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), memperkirakan kinerja ekspor dan impor akan menurun pada April 2024.

Aktivitas manufaktur dan aktivitas impor diperkirakan lebih rendah dibandingkan periode Maret 2024 karena bertepatan dengan libur lebaran.

“Ekspor dan impor diperkirakan menurun pada April 2024, sehingga ekspor dan impor menurun dan surplus kecil,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (13/5/2024).

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel