Bisnis.com, Jakarta – Pemerintah akan segera membuka masa penawaran Surat Berharga Negara Ritel (SBN) Seri Sukuk Ritel SR021. Tingkat pengembalian instrumen investasi ini diperkirakan menarik, meski belum tentu lebih tinggi dibandingkan seri sukuk ritel sebelumnya. 

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menjadwalkan masa penawaran seri SR021 akan dimulai pada Jumat (23/8/2024) dan akan berlangsung selama satu bulan hingga Rabu (18/9/2024).

Seri tersebut juga akan ditawarkan dengan dua pilihan tenor, yakni tenor SR021-T3 3 tahun dan tenor SR021-T5 5 tahun. Pemerintah telah menerapkan seri SR018 dan SR019 yang diterbitkan pada tahun 2023 dan seri SR020 yang diluncurkan pada Maret 2024 dengan tiga periode penerbitan SR berturut-turut.

SR020 memberikan kupon sebesar 6,30% untuk seri 3 tahun dan 6,40% untuk seri 5 tahun. Kupon tersebut lebih tinggi dibandingkan SR019 yang menetapkan kupon sebesar 5,95% untuk tenor 3 tahun dan 6,1% untuk tenor 5 tahun.

Associate Director Fixed Income Anugerah Securitas Indonesia Ramdhan Ario Maruto memperkirakan kupon SR021 akan berada pada kisaran 6,2% hingga 6,3%, atau tidak setinggi kisaran sebelumnya.

Selain itu, ia meyakini instrumen ini masih akan menarik banyak investor karena seri ini kemungkinan besar akan menjadi seri terakhir yang masih menawarkan tingkat kupon tinggi. 

Pasalnya, jika The Fed benar-benar memangkas suku bunga acuannya pada bulan depan, maka pasar kini mengantisipasi dimulainya era suku bunga rendah. Langkah ini berpotensi diikuti oleh Bank Indonesia. 

“Saya perkirakan total bunganya masih di atas Rp 15 triliun, karena SR021 itu instrumen yang bisa diperdagangkan [diperdagangkan di pasar sekunder]. Paling tidak bisa antara Rp 15 triliun hingga Rp 20 triliun,” ujarnya. , Selasa (20/8/2024).

Apalagi, lanjutnya, SR015 akan jatuh tempo pada Sabtu (10/8/2024). Investor pada kategori jatuh tempo sebagian besar akan menginvestasikan kembali dananya. Jika benar demikian, Ramdhan memperkirakan penjualan SR021 bisa lebih dari Rp 20 triliun.

Sementara itu, Josua Parede, Kepala Ekonom Bank Parmata memperkirakan tingkat kupon atau imbal hasil SR021 akan lebih tinggi dibandingkan seri sebelumnya yakni SR020 yang diluncurkan pada Maret 2024.

Sekadar mengingatkan, saat itu suku bunga Bank Indonesia (BI) masih di level 6%, sedangkan saat ini BI sudah menaikkan suku bunga ke level 6,25%.

“Terlepas dari kenaikan suku bunga, kami memperkirakan kupon yang ditawarkan juga akan meningkat pada kisaran 6,2%-6,5% untuk tenor 3 tahun dan 6,4%-6,7% untuk tenor 5 tahun,” ujarnya. .

Ia pun memperkirakan SR021 akan terjual pada kisaran Rp 20 triliun hingga Rp 24 triliun. Menurut dia, faktor penentu permintaan penjualan SR021 adalah sentimen di pasar obligasi dalam negeri yang juga bergantung pada nilai tukar rupee pada bulan ini dan keadaan sentimen global.

Fixed Income dan Macro Strategist Mega Capital Securitas Lionel Priyadi mengatakan antusiasme investor ritel terhadap penerbitan SR021 mendatang kemungkinan besar berasal dari kalangan high net worth dan kelas menengah atas yang masih memiliki tabungan cukup.

“Sementara itu, masyarakat kelas menengah dan menengah ke bawah agak terpuruk dalam daya belinya. Oleh karena itu, permintaan pada kategori ini kemungkinan besar akan lebih rendah dibandingkan sebelumnya, pungkas Lionel.

Dia sepakat, sentimen yang mempengaruhi permintaan SR021 kemungkinan besar akan dilakukan oleh The Fed dan Bank Indonesia yang akan menurunkan suku bunganya. Ia optimis SR021 akan diminati investor seiring dengan potensi kuponnya yang menarik.

“Saya perkirakan penjualan SR021 Rp 19 triliun hingga Rp 23 triliun, kuponnya bisa di kisaran 6,3% hingga 6,6%,” kata Lionel.

Penerimaan penerbitan sukuk ritel 5 tahun terakhir

Sumber: DJPPR, Kementerian Keuangan.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel