Bisnis.com, Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkap adopsi kecerdasan buatan (AI) di Amerika Serikat dan India berdampak pada sistem pendidikan dan kesehatan di negara-negara tersebut.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria mengatakan pemanfaatan kecerdasan buatan telah membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik di bidang pendidikan maupun kesehatan. Selain itu, Indonesia bisa belajar dari banyak negara yang sudah mengadopsi AI.
“Untuk implementasinya, kita bisa belajar dari negara-negara yang menggunakan AI di berbagai sektor, khususnya pelayanan publik, untuk memberikan banyak hal baik di masyarakat,” kata Nesar pada Lokakarya Nasional: Peluncuran Manifesto Kebijakan Transformasi, Rekomendasi Optimalisasi Ekonomi Digital Indonesia. Jakarta, Selasa (20/8/2024).
Nesar mencontohkan India yang terdapat lembaga pendidikan yang melakukan penilaian internal untuk ujian berbasis sekolah. Pemanfaatan AI ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas program pendidikan.
Adopsi kecerdasan buatan juga merambah ke sektor pelayanan publik di sektor kesehatan. Berkaca pada situasi di Rwanda, misalnya, Nesar mengatakan jumlah ahli radiologi terbatas. Namun, jika teknologi AI dimanfaatkan dengan baik, layanan radiologi akan menjadi lebih efisien.
“Penggunaan teknologi AI dalam layanan kesehatan sudah sangat maju, terkini, dan dapat menggantikan profesi ahli radiologi dengan AI. “Menarik sekali pembahasan pemanfaatan AI oleh sejumlah profesi dan dampaknya,” ujarnya.
Tak hanya itu, Nezar mengatakan pendidikan kedokteran khusus di Amerika juga sudah menggunakan AI, begitu pula pendidikan bedah di banyak rumah sakit khusus bedah yang menggunakan big data.
“Praktik bedah terbaik dari ahli bedah berpengalaman dicatat dalam AI. “Tangan dokter bedah profesional memberikan kabel pada saat diseksi. Semua pola, gerakan, prosedur bedah tertentu, tulang dicatat saat dipotong dan diubah menjadi big data,” jelasnya.
Hal ini memfasilitasi pendidikan dan memberikan lebih banyak kesempatan bagi ahli bedah masa depan untuk belajar.
Dan Singapura, yang menggunakan AI untuk menangani lansia di negara tetangganya, menggunakan robot perawatan, atau robot, yang dirancang untuk merawat lansia. Situasi ini diproyeksikan akan meningkatkan populasi lansia Singapura menjadi 900.000 pada tahun 2030.
Namun Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika mengingatkan bahwa berbagai dampak negatif dapat diantisipasi dari penyalahgunaan AI. Salah satunya adalah penggunaan teknologi deepfake.
Menurut Nessar, penggunaan kecerdasan buatan perlu dikelola agar dapat digunakan secara bertanggung jawab dan efektif. Setidaknya ada enam prinsip tata kelola AI global yang patut mendapat perhatian.
Pertama, prinsip konservasi. Prinsip ini penting untuk menjamin keselamatan dan keamanan pengembang dan pengguna AI. Kedua, moral. Artinya pengembangan, penerapan, dan penggunaan AI harus fokus pada prinsip etika, sosial, dan hak asasi manusia.
Ketiga, trustworthiness, yaitu memastikan sistem AI dapat diandalkan, dapat dipercaya, dan akuntabel. Kemudian prinsip keempat adalah keadilan dan diskriminasi. Prinsip ini diterapkan dengan memastikan bahwa pengembangan dan penggunaan AI dilakukan secara adil dan tidak diskriminatif, serta mencegah potensi bias dalam algoritma dan data AI.
“Ini persoalan yang sangat penting dalam masyarakat demokratis, inklusivitas pluralisme perlu dijaga. Di sisi lain, produk AI masih memiliki bias yang cukup besar, antara lain bias gender, etnis, dan agama. “Tentunya hal ini dapat menimbulkan gangguan informasi, karena keberpihakan akan mengarah pada pluralisme sosial dan sebagainya. mempengaruhi,” tambahnya.
Kelima, inklusi dan partisipasi. Pada dasarnya pengembangan AI perlu didorong melalui pendekatan kolaboratif.
Terakhir atau keenam, tanggung jawab. Nesar menjelaskan, ini merupakan prinsip pengelolaan sistem elektronik (PSE) yang sangat penting. Di sana, PSE bertanggung jawab atas hasil sistem AI yang mereka gunakan atau buat untuk mencegah penyalahgunaan dan ketergantungan pada teknologi AI.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA