Bisnis.com, Jakarta – PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) memiliki kebijakan dan program yang mendukung kepedulian terhadap penyandang disabilitas dan teknologi ramah lingkungan dengan mengubah kartu SIM yang hilang menjadi stand smartphone atau stand smartphone.
Direktur Komunikasi dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Telkomsel, Saki H. Bramono mengatakan, pihaknya berhasil mengurangi polusi dengan mengubah sampah plastik kartu SIM menjadi dudukan dan penutup ponsel pintar.
Smartphone Holder adalah sebuah perangkat yang menopang atau mengamankan smartphone agar perangkat tersebut terpasang dengan kuat. Saat ini Telkomsel telah memproduksi dudukan ponsel dari bahan baku limbah.
“Jadi semua SIM card dari retailer kami kumpulkan, diolah menjadi produk baru non-disposable. Satu produk adalah smartphone holder dan satu lagi paving block,” kata Saki dalam konferensi teknologi NextDev Summit 2024 pada 9, Selasa. (14/05/2024) Tema “Mengadopsi teknologi untuk mendorong dampak berkelanjutan”
Ia menambahkan, Telkomsel berkomitmen untuk terus menerapkan prinsip-prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) untuk membangun program-program ke depan.
Telkomsel baru-baru ini meluncurkan program berbasis lingkungan bernama “Telkomsel Jaga Bumi”.
Telkomsel Jaga Bumi merupakan inisiatif tanggung jawab perusahaan yang bertujuan untuk mengurangi dampak proses bisnis dengan menerapkan prinsip lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG) dan membuat program pengelolaan limbah, mengurangi emisi karbon dioksida dan menghubungkan sepeda motor listrik.
Di sisi lain, Mohammad Bijaksana Junerosono, CEO dan pendiri Waste4Change, mengatakan sampah menjadi perhatian utama di Indonesia. Penduduk Indonesia dapat menghasilkan sekitar 12 sampah Candi Borobudur setiap harinya. Artinya, dalam satu tahun sekitar 4.800 candi di Indonesia hanya berupa sampah.
“Bahaya jika sampah berakhir di sungai atau laut,” kata Junerosono.
Pada saat yang sama, wisatawan asing di Bali mulai mengeluhkan permasalahan terutama sampah sembarangan dan kemacetan lalu lintas yang menghambat aktivitas pariwisata.
Keluhan para wisatawan ini biasanya disampaikan oleh biro perjalanan yang membawa mereka berwisata ke Pulau Dewata. Keluhan tersebut sebagian besar datang dari wisatawan asing yang memperhatikan standar kebersihan lingkungan di destinasi wisata yang mereka kunjungi.
Darrell Wade, pemilik biro perjalanan global Intrepid Travel, menjelaskan Bali memang masih sangat digemari wisatawan mancanegara, khususnya wisatawan mancanegara yang ingin datang bertualang dan menikmati keaslian budaya dan alam Bali.
Darrell mengatakan masalah sampah dan polusi akibat lalu lintas kendaraan padat merupakan keluhan paling umum dari pelanggannya. “Pada dasarnya semua pelanggan kami senang berwisata ke Bali, namun pelanggan kami sangat peduli dengan masalah sampah dan pencemaran (di Bali),” jelas Darrell kepada media, Kamis (3/7/2024). . (Muhammad Diva Fareel Ramadhan)
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel