Bisnis.com, JAKARTA – Komitmen Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam mengalokasikan anggaran infrastruktur di tahun pertamanya mulai mendapat perhatian. Selain itu, selama kampanye, Prabowo dan Gibran sangat vokal menyatakan kesediaannya untuk menggarap beberapa proyek infrastruktur.
Salah satunya dengan merencanakan pembangunan 10 kota inovatif yang tersebar di seluruh Indonesia, menyerukan investasi besar-besaran dalam mengatasi permasalahan sanitasi dan air bersih.
Pakar Tata Kota dan Tata Kota Institut Teknologi Bandung (ITB), Jehansyah Siregar, mengatakan agar hal tersebut terwujud, Prabowo harus mengalokasikan anggaran infrastruktur sekitar 10% dari total porsi belanja publik.
“Iya minimal 10% untuk infrastruktur dari APBN. 10% untuk IKN [anggaran infrastruktur],” kata Prabowo saat ditemui di kantor Kementerian PUPR, Rabu (14/8/2024).
Berdasarkan keterangan tersebut, meski porsi belanja negara dalam APBN 2024 diperkirakan sebesar Rp3,325 triliun, namun alokasi anggaran infrastruktur terendah pada tahun pertama pemerintahan Prabowo-Gibran sebesar Rp332,51 triliun.
Jehansyah menuturkan, proyek infrastruktur yang perlu mendapat perhatian Prabowo-Gibra tentu menjamin stabilitas pembangunan megaproyek Ibu Kota Negara (ICN) nusantara.
Selain itu, rival-rival Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019 juga harus serius menyikapi persoalan air bersih dan sanitasi serta mengurangi jumlah kawasan perkembangbiakan.
“Dulu target tahun 2019 adalah 100% sanitasi, 0% perdesaan, dan 100% air bersih. Tapi kenyataannya belum sampai, sanitasi baru tercapai 50%, bukannya 0 permukiman kumuh, hasil dari sensus 2020 lebih banyak”.
Berdasarkan dokumen kerja, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebutkan pendanaan tersebut membutuhkan dana yang cukup besar untuk memenuhi Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2020 – 2024 (RPJMN) untuk menutupi jaringan pipa di Indonesia.
Dalam RPJMN, Republik Indonesia menargetkan peningkatan cakupan pipa di perkotaan menjadi 30% pada tahun 2030. Sementara implementasinya baru mencapai 19,45%. Hal ini penting dilakukan untuk meningkatkan relevansi masyarakat Indonesia.
Herri Trisaputra Zuna, Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Kementerian PUPR, mengungkapkan diperlukan anggaran yang sangat besar sebesar Rp 123 triliun untuk mencapai tujuan tersebut pada tahun 2030.
“Kita bisa bicara angka RPJMN sebelumnya, misalnya tahun 2020 sampai 2024, kalau kita fokus pada air minum saja ya, untuk naik 10% [mencapai 30% pada tahun 2030] kita butuh Rp 123 triliun”. Hal itu disampaikan Harry saat ditemui di Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu (22/5/2024).
Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya ke depan pemerintahan Prabowo berencana membuat program atau menandatangani kemitraan strategis dengan beberapa pihak untuk mewujudkan visi dan misinya.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan saluran WA