Bisnis.com, JAKARTA – Pemeriksa pajak menilai usulan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk meningkatkan pendapatan pemerintah masih memiliki aspek negatif. Beberapa usulan tersebut masih belum terlaksana oleh pemerintah, seperti memperpendek batas waktu PKP, memperpendek batas waktu UMKM, dan mengganti PPnBM PPN dan pajak kendaraan.
Selain itu, pemerintah juga belum mengimplementasikan rekomendasi IMF dalam Medium Term Revenue Strategy (MTRS) 2017 yang mencakup pajak bahan bakar, pajak minimum, pengurangan pajak properti (PPN dan BPHTB). dan meningkatkan pajak properti. (PBB).
Direktur Eksekutif Pratama-Kreston Tax Research Institute Prianto Budi Saptono mengatakan, semua usulan IMF sebaiknya dilihat dari sudut pandang negatif. Salah satu rekomendasi yang disoroti adalah pengurangan batasan wajib masuk PKP bagi pemilik usaha kecil atau UMKM. Saat ini, pengusaha dengan penghasilan tahunan maksimal 4,8 miliar tidak wajib menjadi PKP dan tidak perlu membayar pajak tambahan (PPN).
Menurut Prianto, pihak pendukung kebijakan tersebut melihat peluang peningkatan nilai PPN seiring dengan semakin banyaknya pemilik usaha kecil yang harus menjadi PKP. Di sisi lain, kami prihatin dengan kenaikan biaya administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan peningkatan biaya kepatuhan bagi PKP baru yang harus mengurus pemungutan, penetapan, dan pelaporan penentang.
Penambahan produk daging (BKC) diperkirakan akan meningkatkan pendapatan pemerintah, meski efektivitas pengendaliannya masih diragukan. Selain itu, penerapan BKC juga dapat menyebabkan perubahan perilaku konsumsi masyarakat, misalnya rokok, dimana perusahaan dan konsumen mencari produk alternatif yang tidak terkena pajak atau yang harganya lebih murah.
Prianto menilai pemerintah punya tiga opsi untuk menyikapi usulan IMF. Pertama, melaksanakan seluruh rekomendasi IMF tanpa perubahan kebijakan. Kedua, melaksanakan rekomendasi IMF melalui perubahan kebijakan. Ketiga, jangan pernah mengikuti saran IMF.
Laporan Negara IMF No. 24/270 menyebutkan Indonesia dapat menerima tambahan pendapatan hingga 6,1% dari produk domestik bruto jika pemerintah menerapkan kebijakan tersebut, yang menurut MTRS belum diterapkan pada tahun 2017.
Tonton berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel