Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah emiten menggelontorkan dana investasi dan belanja modal dalam jumlah besar untuk mendorong ambisi ekspansi di sektor pertambangan dan hilir nikel. Langkah ini dilakukan di tengah turunnya harga nikel global, produk logam industri yang banyak digunakan sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik. 

Salah satunya adalah unit Grup Astra, PT United Tractors Tbk. (UNTR). UNTR mencatat telah menyuntikkan dana investasi sekitar US$1 miliar untuk ekspansi ke sektor nikel guna mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap produk batu bara.

Ekspansi United Tractors ke sektor produk nikel juga menjadi fokus Jardine Cycle & Carriage Ltd. yang merupakan pemegang saham pengendali PT Astra International Tbk. (ASII).

Dalam pemaparannya, manajemen Jardine menilai potensi di Asia Tenggara sangat besar, apalagi Indonesia memiliki cadangan nikel yang sangat besar. Memanfaatkan potensi pertumbuhan industri logam, United Tractors diperkirakan akan berinvestasi sebesar US$1 miliar pada bisnis nikel pada tahun 2023.

Saat dimintai konfirmasi, Sekretaris Perusahaan United Tractors Sarah K. Loebies memastikan total investasi nikel UNTR pada 2023 berjumlah sekitar US$1 miliar. Menurut dia, uang itu digunakan untuk mengakuisisi tambang bijih dan berinvestasi di saham.

“Dengan adanya lini bisnis nikel, diharapkan ke depan akan lebih seimbang aliran pendapatan UT dari bisnis non-batubara,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (8/8/2024).

Hingga akhir Semester I/2024, segmen usaha pertambangan nikel UNTR meliputi PT Stargate Pacific Resources (SPR) yang baru diakuisisi dengan kepemilikan mayoritas pada Desember 2023, dan Nickel Industries Limited (NIC) yang diakuisisi pada September 2023. dengan kepemilikan 19,99%.

Sekadar informasi, SPR mengoperasikan tambang nikel di Konaw Utara, Sulawesi Tenggara. Lebih lanjut, NIC merupakan perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel terintegrasi dengan aset utama berlokasi di Indonesia.

SPR mencatatkan penjualan bijih nikel sebanyak 967.000 metrik ton berat (WMT) pada Semester I/2024. Jumlah tersebut berasal dari saprolit 421.000 WMT dan limonit 546.000 WMT. Selanjutnya, NIC merealisasikan penjualan logam nikel sebanyak 34.427 ton pada triwulan IV 2023 dan 32.759 ton logam nikel pada triwulan I 2024.

Capex Vale Indonesia dan Harita Nikel

Sedangkan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) mengalokasikan belanja modal (capex) sekitar USD 380 juta atau Rp 6 triliun pada tahun 2024.

Kepala Komunikasi Korporasi INCO Wanda Kusumaningram mengatakan penyerapan belanja modal pada semester I 2024 hanya 31% yakni US$118,4 juta dari total rencana perseroan pada 2024 atau sekitar Rp 1,88 triliun.

“Pada paruh kedua tahun 2024, kami akan mengeluarkan tambahan modal, terutama pada proyek pembangunan kami di Morowali dan Pomala,” kata Wanda.

Wanda memastikan INCO terus menargetkan produksi nikel dalam matte sekitar 70.800 metrik ton hingga akhir tahun ini.

Pada tahun 2024, PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel menargetkan belanja modal sebesar USD 60 juta hingga USD 70 juta. Pada kuartal I 2024, NCKL akan merealisasikan belanja modal sekitar US$10 juta-US$15 juta. 

Di sisi lain, NCKL juga akan mengoptimalkan produksi pada Sem II/2024.

“Hingga Semester I/2024, hasil produksi kami masih diatas kapasitas terpasang saat ini,” kata Harita Nickel Lukito Gojali, Head of Investor Relations.

Harita menargetkan peningkatan produksi feronikel (FeNi) menjadi 120.000 ton dan produksi mixed hydroxide precipitate (MHP) dari 75.000 menjadi 85.000 ton kandungan nikel pada tahun 2024.

Seperti diketahui, NCKL merealisasikan produksi FeNi selama Semester I/2024 mencapai 63.414 ton, lebih tinggi dari kapasitas terpasang yakni 60.000 ton. Sedangkan produksi PLTMH mencapai 38.334 ton pada semester I 2024. 

Usaha patungan MBMA dan ANTM

PT Merdeka Battery Components Tbk mengambil strategi berbeda. (MBMA) dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM). MBMA baru-baru ini menambah kepemilikan sahamnya pada perusahaan patungan (JV) dengan GEM Co., Ltd., PT ESG New Energy Materials.

Melalui perusahaan investasi, PT Merdeka Industri Ananta (MIA), MBMA menambah kepemilikan sahamnya di PT ESG New Energy Materials atau PT ESG sebesar 5% sehingga kepemilikan sahamnya meningkat menjadi 60% dari yang semula 55%. Hal tersebut dibenarkan oleh perusahaan induk MBMA, PT Merdeka Copper Gold, kepada TB. (MDKA).

Tom Malik, GM Corporate Communications MDKA, mengatakan kepemilikan MBMA di PT ESG melalui MIA.

“Pada kuartal II, MIA PT meningkatkan kepemilikannya di ESG dari 55% menjadi 60%,” kata Tom saat dihubungi Bisnis.

Hingga akhir kuartal II/2024, pembangunan smelter high pressure acid leaching (HPAL) PT ESG telah rampung 51,8%. Rencananya proyek tersebut akan beroperasi pada akhir tahun 2024. Investasi pada proyek HPAL telah mencapai US$490 juta, dimana kontribusi ekuitas pemegang saham sebesar US$180 juta.

“Pada akhir Q2/2024, pemegang saham PT ESG telah melakukan investasi sebesar US$330 juta pada pembangunan proyek, termasuk US$180 juta pada ekuitas dan US$150 juta pada pembiayaan proyek,” kata Tom.

Sedangkan kapasitas pabrik PLTMH 30.000 ton nikel per tahun. HPAL nantinya akan dibangun dan dioperasikan oleh PT ESG New Energy Materials (HPAL JV Company) dengan nilai investasi sebesar US$600 juta.

Dalam perkembangan lainnya, PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antum menargetkan pembentukan perusahaan patungan atau JV smelter nikel dengan Hong Kong CBL Limited (HKCBL) bisa selesai pada 2025. HKCBL adalah unit dari Grup Perusahaan Teknologi Amperex kontemporer. Ltd. (CATL), produsen baterai kendaraan listrik terkemuka di dunia.

Nico Kanter, Presiden Direktur ANTM, mengatakan ANTM telah memasuki tahap diskusi dengan afiliasi CATL untuk peluang pembiayaan proyek smelter tersebut.

“Perusahaan dan mitra sedang menjajaki peluang pendanaan untuk proyek ini,” kata Nico

Rencananya Antham dan HKCBL akan membangun dua smelter, HPAL dan RKEF. Komitmen investasi smelter tersebut merupakan bagian dari program patungan baterai listrik Indonesia Battery Corporation (IBC). Nico berencana sumber pembiayaan proyek smelter tersebut sebagian berasal dari ekspansi anak usaha Antam, HKCBL, yang berjumlah Rp 7,2 triliun.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel