Bisnis.com, JAKARTA – Aktivis buruh nasional sekaligus Ketua Komite Perempuan Asia-Pasifik UNI Apro Mirah Sumirat mengungkapkan, meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK) berdampak pada berkurangnya jumlah pekerja dan daya beli masyarakat.
Mirah Sumirat mengatakan, sebagian besar masyarakat yang terkena PHK beralih ke usaha kecil seperti pedagang kaki lima.
Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah pekerja sektor informal di Indonesia selama lima tahun terakhir yang jumlahnya meningkat menjadi 84,13 juta pada Februari 2024 dari 74,09 juta pada Februari 2019.
Artinya, mereka memiliki pendapatan yang tidak menentu dan cenderung miskin sehingga menyulitkan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup yang layak. “Beberapa dari mereka mulai bekerja sebagai driver online, melakukan pekerjaan serabutan, dan sebagainya.” – kata Mirah dalam keterangan resminya yang dikutip, Minggu (8/11/2024).
Selain PHK massal, Mirah juga membeberkan alasan lain turunnya daya beli pegawai. Diantaranya, kebijakan upah rendah sudah ada sejak Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 tentang pengupahan.
Menurut dia, kebijakan tersebut membatasi fungsi dewan pengupahan dan membatasi komponen penghitungan upah, dalam hal ini menghilangkan komponen penghidupan layak (KHL). Dengan terbitnya UU Cipta Kerja, perhatian lebih tertuju pada PP Nomor 78 Tahun 2015 tentang upah rendah.
Kenaikan harga dan kebutuhan pangan juga berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat. Mirah mengatakan, harga kebutuhan pokok sudah tidak terkendali sejak tahun 2021 dan naik sekitar 20%.
“Kebijakan politik bergaji rendah ini terbukti memperlebar kesenjangan antara si kaya dan si miskin, sehingga bisa berdampak buruk bagi bangsa dan negara kita,” ujarnya.
Selain itu, keputusan pemerintah menaikkan pajak berdampak pada kenaikan harga barang.
Daripada menaikkan pajak, Mirah mengatakan pemerintah sebaiknya menurunkan pajak untuk menurunkan harga. Selain itu, pemerintah disebut harus mencari sumber dana lain untuk memenuhi kebutuhan belanja negara dan membayar utang publik.
Mirah juga meminta pemerintah tetap menjaga subsidi kepada masyarakat seperti listrik, elpiji 3 kilogram, dan bahan bakar untuk menjaga daya beli masyarakat.
Di sisi lain, Mirah mengungkapkan sebagian masyarakat menengah ke bawah kesulitan meningkatkan pendapatan karena hanya mengandalkan upah yang tidak memberikan penghidupan yang layak. Alhasil, sebagian dari mereka mengambil jalan pintas dengan memanfaatkan judi online dan pinjaman online untuk segera mendapatkan penghasilan tambahan.
Mirah mengatakan, tidak mengherankan jika banyak terjadi kasus bunuh diri akibat perjudian online dan pinjaman online, menurunnya produktivitas, meningkatnya angka perceraian, dan hilangnya ratusan triliun rupee potensi perekonomian negara.
Oleh karena itu, dia berharap permasalahan tersebut segera teratasi. Dengan demikian, masyarakat dapat hidup sejahtera dan bermartabat sebagaimana disyaratkan UUD 1945.
“Masalah ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Harus segera dicarikan solusinya,” ujarnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel