Bisnis.com, JAKARTA — Fintech sekuritas crowdfunding dapat menjadi pilihan pembiayaan bagi kontraktor konstruksi mikro, kecil, dan menengah (UKM). Melalui Sistem Pendanaan Ekuitas, kontraktor yang menghadapi tantangan pendanaan setelah memenangkan tender dapat segera mulai bekerja.
Bapak Iskandar Z Hartawi, Presiden Umum Gapensi, mengatakan bahwa pembiayaan merupakan salah satu permasalahan lama bagi kontraktor skala UKM.
“Fintech sekuritas crowdfunding membuka peluang baru bagi para pengusaha UKM untuk mendapatkan pendanaan yang fleksibel, mudah dan cepat. Kami berharap banyak pengusaha UKM yang dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk berkembang dan bersaing di tingkat nasional”, ujar Iskandar saat menghadiri acara publik dan ilmiah. kuliah. . Diskusi dalam rangka HUT Pusat Keuangan Digital Vokasi UI di Depok yang disiarkan melalui keterangan tertulis pada Jumat (17/5/2024).
Seperti diketahui, fintech sekuritas crowdfunding atau layanan crowdfunding (LUD) merupakan proyek investasi kecil-kecilan dari masyarakat. Model ini memungkinkan masyarakat berinvestasi pada proyek atau perusahaan dengan imbal hasil tertentu. Ini adalah solusi ideal bagi kontraktor UKM yang membutuhkan modal untuk mengerjakan proyek besar. Dengan menjadi penerbit (issuer), kontraktor UKM dapat menawarkan saham atau obligasi kepada masyarakat, dengan menggunakan fidusia atas proyek tersebut sebagai jaminan pembayaran obligasi atau sukuk, sehingga investasi ini memiliki risiko yang relatif rendah.
Diding S. Anwar, pakar penjaminan kredit dan guru besar UI, mengatakan potensi pertumbuhan sektor kontraktor UKM di Indonesia sangat besar, apalagi banyaknya proyek pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan dan akan terus berlanjut. Dengan dukungan pendanaan saham fintech, pengusaha UKM dapat mengatasi hambatan pembiayaan dan memanfaatkan potensi pasar yang sangat besar.
Selain menguntungkan kontraktor UKM, fintech crowdfunding juga membuka peluang bagi masyarakat untuk berinvestasi pada bisnis kontraktor potensial. Proyek konstruksi yang didukung fidusia memberikan jaminan pembayaran yang lebih aman sehingga menarik perhatian investor yang mencari peluang investasi berisiko rendah, apalagi fintech LUD diawasi oleh OJK.
Jika fintech jenis ini berkembang, Diding mengatakan juga akan mendukung pertumbuhan sektor keuangan lainnya yakni lembaga penjaminan.
“Perusahaan penjaminan kredit perlu ada untuk memperkuat fintech LUD agar dapat terus membangun kepercayaan investor terhadap emiten oleh otoritas keuangan,” kata Diding.
Pak Diding menambahkan, kontraktor di bidang jasa konstruksi selain membutuhkan jaminan permodalan dan investasi juga harus menggunakan 3 produk instrumen keuangan seperti surety bond, Program Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan meningkatkan peran perbankan. Dukungan nasional. dan pembangunan daerah.
Presiden Digital Finance Center (DFC) Bapak Dede Suryanto menekankan bahwa penggalangan dana fintech merupakan model bisnis keuangan yang relatif baru di Indonesia yang perlu didukung oleh semua pihak termasuk pihak kampus. “Perlu literasi, edukasi, dan kolaborasi dengan kampus dan sektor industri keuangan lainnya agar ekosistem fintech LUD kuat dan berkembang. Harapannya UMKM kita semakin berdaya saing,” jelas Dede.
Dengan berkembangnya teknologi dan meningkatnya dukungan regulasi, penggalangan dana fintech diharapkan dapat menjadi pilar utama ekosistem keuangan bagi kontraktor UKM di Indonesia. Dengan begitu, kontraktor UKM dapat terus berinovasi, meningkatkan kualitas proyek, dan berkontribusi signifikan terhadap pembangunan bangsa.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel