Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) untuk pertama kalinya menggelar Pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) bersamaan dengan Festival Ekonomi dan Keuangan Digital (FEKDI) 2024 di JCC Senayan, pada 1 – 4 Agustus 2024. 

Dalam pameran ini, sekitar 350 UMKM turut serta mempromosikan produk khususnya kain tradisional seperti Wastra dari berbagai daerah di Indonesia. Namun tidak sebatas Wastra, kopi juga menjadi salah satu produk unggulan dalam penataan UMKM. 

Dalam hal ini, Bank Indonesia berperan membantu UMKM dengan digital onboarding, pengembangan literasi, pendampingan ekspor, dan mendorong penggunaan QR Indonesian Standard (QRIS). 

Salah satu pelaku usaha yang ikut serta yakni Lawe. Merek untuk produk kain tenun fungsional seperti tas dan pouch.

Marketing & Communication PT Lawe Adi Warna Etnika Fitria Werdiningsih mengungkapkan melalui kerja sama dan pendampingan UMKM dengan Bank Indonesia sejak tahun 2019, usahanya semakin berkembang. 

“Kami didukung BI dalam bentuk pelatihan, pesanan dari BI, dan undangan mengikuti pameran, business matching, dan pengenalan pasar Jepang dan Singapura,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (4/8/2024). 

Fitri mengatakan Lawe sudah bekerja sama langsung dengan mitra dari Singapura, namun belum dilanjutkan. 

Padahal, saat itu pihak rekanan memang memberi harga kepada penenun karena mereka langsung membayar penenun dengan harga di atas harga normal, padahal pembeli lain justru meminta biaya yang lebih murah untuk jasa penenun. 

Akibat kesepakatan bisnis dengan BI, Lawe menargetkan Jepang sebagai tujuan ekspor berikutnya. Tantangan bagi Lawe dan para perajin adalah masih sulitnya UMKM menembus pasar besar seperti Eropa. 

Bagi Lawe yang berkecimpung di bidang kain tenun, pewarna sintetis menjadi tantangan tersendiri. “Pewarna kita yang masih sintetis, jadi tantangan lain. Ada aturan khusus, tidak boleh pakai pewarna ini, pewarna itu,” ujarnya. 

Berbeda dengan UMKM asal Sulut, khususnya Minahasa, Galeri Pinawetengan masih berusaha menembus pasar ekspor. Kain khas Tanah Minahasa ini mempunyai motif yang terinspirasi dari guratan-guratan gambar manusia di situs budaya Watu Pinawetengan. 

Cris (35), salah satu staf Galeri Pinawetengan, mengatakan, batch karyanya tidak bisa diekspor karena sejumlah kendala. 

Namun, Cris mengatakan Bank Indonesia memberikan bantuan dan fasilitas untuk Go Ekspor. 

“Kami sudah mendapat bantuan untuk ekspor. Kami baru berjualan di media sosial, belum di e-commerce,” jelasnya. 

Diakui Cris, penjualannya di pameran bersama Bank Indonesia, termasuk KKI 2024, bisa menelan biaya sekitar Rp 130 juta hingga Sabtu (3/8/2024). Sedangkan harga kain tenun ukuran 1m x 2,25m diperkirakan Rp 4 juta. 

Sementara dengan target Rp 160 juta pada KKI 2024, ia optimis pendapatan masih meningkat mengingat pameran baru berakhir pada Minggu (4/8/2024) malam. 

Baik Cris maupun Fitria mengaku penjualan lebih mudah dilakukan dengan pembayaran digital melalui QRIS. Penjual tidak perlu repot menyediakan mesin EDC atau memberikan nomor rekening untuk transfer.

BI mencatatkan total pendapatan penjualan pada ajang KKI 2024 hampir Rp 100 miliar hingga Sabtu (3/8/2024) pukul 17.00 WIB. 

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan, capaian tersebut belum termasuk transaksi yang dilakukan pada hari terakhir pameran, Minggu (4/8/2024). Artinya, pendapatannya masih akan meningkat hingga lebih dari Rp 100 miliar hingga pameran Minggu malam berakhir.   

“Kami sudah melakukan konversi secara offline dan online. Hasil yang diterima UMKM kemarin pukul 17.00 hampir mencapai Rp 100 miliar, Rp 99 miliar,” ujarnya di penghujung acara FEKDI & KKI 2024, Minggu (4/8/2024).  

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel