Bisnis.com, JAKARTA – Setelah dipastikan absen pada tahun ini, kejayaan penawaran umum perdana (IPO) BUMN diperkirakan akan terus berlanjut pada masa pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto pada 2024 -2029.
Kementerian BUMN memastikan tidak ada perusahaan BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2024 karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain situasi perekonomian dan kepentingan pasar.
Hal itu diungkapkan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam pertemuan yang digelar di Jakarta pekan lalu. Meski demikian, BUMN menegaskan rencana IPO tersebut berpotensi terjadi pada tahun 2026 atau setelah Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menjabat.
Salah satu BUMN yang berpotensi listing di BEI pada masa pemerintahan Prabowo adalah perusahaan pertambangan MIND ID BUMN Holding yang disebut-sebut siap didaftarkan dalam dua tahun ke depan.
Dua tahun lagi mungkin MIND ID [IPO], kata Kartika atau biasa disapa Tiko saat ditemui di The Westin Hotel Jakarta, Rabu malam (31/7/2024).
Tiko tidak merinci rencana tersebut. Namun hal tersebut menegaskan langkah Kementerian BUMN yang berencana mendorong perusahaan pelat merah di luar Himpunan Bank Negara (Himbara) masuk dalam daftar perusahaan bergengsi dalam lima tahun ke depan.
Pada acara sebelumnya, Pelindo menjelaskan adanya banyak perusahaan yang memiliki potensi imbalan jangka panjang yang besar, seperti InJourney Aviation dan BUMN Holding Pariwisata dan MIND ID.
Misalnya Pelindo Group yang kita akuisisi. InJourney sekarang menggabungkan seluruh bandara, pariwisata, dan Garuda. 16 Juli 2024. PT Garam IPO
Sementara itu, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau PT Garam, anak usaha ID FOOD, juga telah merancang skenario penawaran umum perdana (IPO) setelah berhasil melaksanakan serangkaian langkah ekspansi dalam tiga tahun ke depan.
PT Garam berencana membangun beberapa pabrik baru untuk meningkatkan kapasitas produksi. Diperkirakan langkah perluasan pabrik ini akan membiayai investasi antara Rp 600 miliar hingga Rp 700 miliar.
Perseroan berencana mendirikan Pabrik Segoromadu II di Gresik, Jawa Timur, pada Mei 2025 dengan nilai investasi tahap pertama sebesar Rp 110 miliar – Rp 120 miliar. Pabrik ini konon akan memiliki kapasitas produksi hingga 80.000 metrik ton. per tahun (MTPY).
Setelah itu, perseroan akan mendirikan pabrik berteknologi Mechanical Vapor Recompression (MVR) di Sumenep. Nilai investasi pembangunan pabrik diperkirakan Rp 400 miliar – Rp 500 miliar, belum termasuk revitalisasi garam sebesar Rp 200 miliar.
Di tengah kebutuhan dana yang cukup besar, Direktur Utama PT Garam Arif Haendra mengatakan, investasi tersebut sebenarnya bisa dibiayai secara mandiri oleh perusahaan.
Misalnya saja untuk Pabrik Segoromadu II, PT Garam menyiapkan dana sekitar 30% dari total investasi. Hasil produksi Segoromadu II akan memungkinkan perseroan membiayai pembangunan pabrik MVR melalui sumber pembiayaan sendiri atau SDS.
Arif pun mengaku pihaknya siap mendukung langkah ekspansi PT Garam. Namun, pemegang saham yakin perseroan dengan landasan yang kuat bisa mencari sumber pendanaan lain seperti penerbitan obligasi dan IPO.
Pemegang Saham ID FOOD menyatakan PT Garam cukup potensial untuk melakukan IPO, ujarnya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Arif menjelaskan, peluang IPO tersebut saat ini sedang dikaji oleh manajemen agar PT Garam bisa menjadi perusahaan yang dapat diandalkan dan memiliki reputasi yang baik. Ia pun yakin dalam tiga tahun ke depan, perseroan sudah siap listing di BEI.
“Jika kiprah PT Garam meningkat dan kita merealisasikan dua investasi besar tersebut yaitu Pabrik Segoromadu II dan Pabrik MVR di Sumenep, maka PT Garam akan siap paling lambat dalam 3 tahun,” ujarnya.
Penafian: Tujuan berita ini bukan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel