Bisnis.com, Jakarta – Dunia internasional dihebohkan dengan penjarahan dan penggusuran ratusan penderita migrain di daerah kumuh jelang Olimpiade Paris 2024. 

Olimpiade dipandang sebagai kompetisi internasional yang penuh kegembiraan. Mulai dari pembukaan, momen kemenangan, hingga penutupan tentunya dirayakan dengan meriah.

Namun di balik penyelenggaraan Olimpiade Paris 2024 ada beberapa hal yang juga menyita perhatian dunia, seperti peristiwa penjarahan dan penggusuran kawasan kumuh berikut ini.

Seperti dilansir situs IndianExpress, pada Sabtu (8/3/2024), seorang pemain rugby tujuh asal Jepang mengajukan pengaduan ke polisi atas pencurian cincin kawin, kalung, dan uang dari kamarnya di Perkampungan Olimpiade. Estimasi harganya setara EUR 3.000 atau Rp 52,9 jutaan.

Surat kabar Perancis Le Parisien juga memuat hal serupa, namun kali ini korbannya adalah pelatih tim hoki asal Australia yang mengajukan laporan atas pencurian kartu bank. Laporan itu menambahkan, Koh dihubungi oleh banknya terkait “transaksi mencurigakan” senilai 1.500 dolar Australia atau setara Rp15,7 juta.

Selain pencurian, banyaknya permukiman kumuh juga menjadi permasalahan jelang Olimpiade Paris 2024. Seperti dilansir apnevs.com, polisi melakukan penggusuran dan pembersihan massal di kawasan kumuh terbesar di selatan kota tersebut. Paris, yang disebut Vitry-sur-Seine.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya otoritas setempat saat kota tersebut bersiap menjadi tuan rumah Olimpiade pada 26 Juli hingga 11 Agustus.

Kamp tersebut menjadi rumah bagi sekitar 450 migran. Foto-foto penggusuran yang dengan cepat tersebar di media sosial berhasil menarik perhatian dunia internasional terkait kasus ini.

Para pengamat mengatakan ada sekitar lima bus di lokasi tersebut yang dimaksudkan untuk mengangkut migran ke tujuan tertentu seperti kota Orleans dan Bordeaux atau wilayah Paris yang lebih luas seperti Ile de France. Sedangkan bus lainnya berangkat menuju lokasi pemeriksaan sementara.

Namun, ada kelompok kepentingan yang mengkhawatirkan keputusan ini. Pasalnya, ratusan imigran belum mendapatkan bantuan perumahan jangka panjang setelah deportasi.

Malam sebelum polisi datang, 150 orang keluar, sedangkan 300 orang digusur sebelum pukul 08.00 pada Rabu, 17 April. Di antara total migran ada 20 anak-anak dan 50 perempuan.

Banyak migran yang lahir akibat penggusuran tahun lalu, kata Paul Alaouzi, koordinator organisasi kemanusiaan Doctors of the World. “Hanya dalam beberapa hari atau minggu, banyak migran akan kembali tidur di jalanan,” kata Alouzi cemas.

Menanggapi pertanyaan tentang pengusiran tersebut, Menteri Olahraga Prancis Amelie Odia Casteira menegaskan bahwa “itu tidak ada hubungannya dengan Olimpiade”. Ia menambahkan, kebijakan ini diterapkan sebelum Olimpiade dan akan diterapkan setelah Olimpiade. (Al Kamal Yoga)

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran VA