Bisnis.com, JAKARTA – IHSG hari ini terkoreksi tipis ke level 7.224,21 pada perdagangan Rabu (17/07/2024). Pelemahan tersebut disebabkan oleh keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga di level 6,25%. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG hanya melemah 0,07 poin menjadi 7.224,21 poin. Pada siang hari, IHSG dibuka pada 7.224,55 dan mencapai level tertinggi 7.265,08. 

Tercatat 287 saham mengalami kenaikan harga, 251 saham melemah, dan 250 saham bergerak. Pasar modal atau kapitalisasi pasar berada pada angka Rp 12.214,57.

Di antara saham-saham dengan kapitalisasi pasar jumbo, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) memimpin reli dengan kenaikan 4,84% ke Rp 3.250.  

Posisi tersebut ditutupi oleh saham PT Astra International Tbk. (ASII) menguat 1,83% ke Rp 4.460. Berikut saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) menguat 1,78% ke level Rp 2.860 per saham. 

Di sisi lain, saham PT Barito Renewables Ingufu Tbk. (BREN) mencatatkan koreksi baru sebesar 8,53% ke Rp 7.775. Penurunan ini diikuti oleh saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun 1,51% di Rp 9.800 per saham.

Peraih keuntungan terbesar saat ini adalah PT Sumber Sinergi Makmur Tbk. (IOTF) menguat 34,94% ke Rp 112. Posisi tersebut disusul saham PT MNC Sky Vision Tbk. (MSKY) naik 34,38% ke level Rp 86 per saham.

Apalagi yang paling dirugikan atau dirugikan adalah PT Ricky Putra Globalindo Tbk. (RICY) turun 11% menjadi Rp89. Sedangkan saham PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. (KIJA) turun 8,67% ke Rp 137 per saham.

Kepala Riset Fintraco Securitas Valdi Kurniawan Kepala Riset Fintraco Securitas Valdi Kurniawan menjelaskan Rapat Direksi Bank Indonesia (RDG-BI) pada Juli 2024 memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga di level 6,25%. 

Ia mengatakan, “Dengan perkiraan penurunan suku bunga oleh The Fed, BI memberikan ruang untuk penurunan suku bunga pada kuartal keempat tahun ini, tergantung pada lingkungan eksternal, terutama suku bunga dana The Fed, nilai dolar, dan produksi pemerintah pada tahun ini. Amerika”. . 

BI memperhitungkan berbagai faktor dalam penetapan suku bunga, termasuk inflasi dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Namun seiring berkembangnya pasar, minat Indonesia juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, khususnya kebijakan moneter Amerika Serikat. 

Dalam rangka menstabilkan nilai tukar rupiah dan mencapai sasaran moneter, BI mengubah penggunaan instrumen mata uang di pasar seperti Sertifikat Bank Indonesia Rupiah (SRBI), Sertifikat Nilai Tukar Bank Indonesia (SVBI) dan mata uang asing Bank Indonesia (SUVBI). ; utang. Langkah ini bertujuan untuk mempercepat masuknya modal asing ke dalam negeri.

Penafian: Informasi ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan Jaringan WA