Bisnis.com, JAKARTA – Dua penghasil energi panas bumi, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) dan PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) berlomba-lomba meningkatkan kapasitas terpasang melalui pengembangan wilayah kerja panas bumi (WKP). 

Emiten Prajogo Pangestu milik Barito Renewables Energy berencana menambah kapasitas terpasang WPP Wayang Windu, Salak, dan Darajat setidaknya sebesar 116 megawatt. 

Presiden Barito Renewables Energy Hendra Tan mengatakan pembangunan WKP saat ini sedang menunggu persetujuan dan negosiasi sedang dilakukan dengan kontraktor yang ditunjuk untuk melaksanakan proyek tersebut. 

“Prosesnya diharapkan selesai pada akhir kuartal kedua tahun 2024,” ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini. 

Proyek Wayang Windu, Salak dan Darajat sendiri sudah beroperasi dan berkapasitas masing-masing 230,5 megawatt, 381 megawatt, dan 274,5 megawatt. 

Selain itu, BREN memiliki beberapa proyek yang sedang dalam tahap eksplorasi dan pengembangan lainnya. Dua proyek yang sedang dalam tahap eksplorasi adalah Sekinkau Selatan di Lampung Selatan dan Hamiding di Maluku Utara, dengan potensi kapasitas hingga 500 megawatt untuk setiap proyeknya. 

Selain itu, ada tiga proyek BREN yang sedang dalam pengembangan yaitu Sidrap 2 di Sulawesi Selatan dengan potensi 69 megawatt, serta proyek Sukabumi dan proyek Lombok dengan potensi kapasitas 150 megawatt dan 99 megawatt.

Sebaliknya, BREN akan memproduksi listrik sebesar 1.727 gigawatt hour (GWh) pada kuartal I 2024. Setiap tahunnya, output bersih pembangkit listrik tenaga panas bumi ini mampu mempertahankan faktor daya bersih di atas 90%.

Di sisi lain, PGEO berencana menambah kapasitas terpasang menjadi 460 megawatt. 

Pada tahun 2026, PGEO berencana meningkatkan kapasitas terpasangnya menjadi 460 megawatt. Rencana ini mencakup pengembangan proyek anorganik, proyek kogenerasi serta proyek lainnya. 

Tahun ini, pembangkit Lumut Balay 2 berkapasitas 55 megawatt akan mulai beroperasi.

Mulai tahun 2025, PGEO akan melaksanakan proyek kogenerasi seperti Lumut Balai Lower Unit 1 dan Ulubelu Lower Unit 1 yang masing-masing berkapasitas 10 megawatt, serta Lahendong Lower Unit 1 yang berkapasitas 5 megawatt.

Selain itu, PGEO berencana untuk mengembangkan proyek anorganik domestik dan internasional sebesar 175 megawatt yang akan dilaksanakan pada tahun 2025. 

Pada tahun 2026, kapasitas akan meningkat sebesar 95 megawatt dari proyek kogenerasi antara lain Ulubelu Subsea Unit 2 dan 3, Ulubelu Low Pressure, Lahendong Subsea Unit 2, Lahendong Low Pressure, Lumut Balai 1 dan 2 Low Pressure, Sungai Banyak Dua Fase. , Kamojang Tekanan rendah serta unit bawah Sibayak.

Selain itu, PGEO akan meningkatkan kapasitas dengan mengembangkan unit Hululais 1 dan 2 berkapasitas 110 megawatt yang dijadwalkan beroperasi komersial pada tahun 2026.

Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi menjelaskan, PGEO telah mendapatkan serangkaian jaminan dari lembaga keuangan untuk mengakses sumber pembiayaan pengembangan potensi tersebut.  

“Dana tersebut bisa digunakan untuk mendukung ekspansi usaha,” ujarnya.

Penafian: Buletin ini tidak dimaksudkan untuk membujuk Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA