Bisnis.com, Jakarta — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Atau BRI (BBRI) mencatatkan penyaluran kredit secara konsolidasi sebesar Rp 1.264,77 triliun atau Rp 1.197,75 triliun, meningkat 5,59% dibandingkan periode sebelumnya (year-on-year/year).
Peningkatan penyaluran kredit BRI meningkatkan pendapatan bunga perseroan sebesar Rp98,64 triliun. Capaian tersebut meningkat menjadi Rp13,05 triliun dibandingkan periode sebelumnya Rp85,59 triliun.
Sementara itu, segmen UMKM masih mendominasi penyaluran kredit BRI dengan pangsa mencapai 81,96% dari total penyaluran kredit BRI atau sekitar Rp1.095,64 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso juga mengatakan, pertumbuhan penyaluran kredit yang mencapai dua digit membuat aset tercatat BRI meningkat. Hingga akhir Juni 2024, aset BRI tercatat meningkat 9,54% YoY menjadi Rp 1.977,37 triliun.
Peningkatan kredit ini diikuti dengan penyaluran kredit secara selektif dan hati-hati sehingga perseroan mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkan.
“Loan to Risk Ratio (LAR) tercatat membaik atau menurun dari 14,94% pada akhir Triwulan II/2023 menjadi 12,00% pada akhir Triwulan II/2024.” Sementara itu, rasio Kredit Bermasalah (NPL) berada pada level memadai sebesar 211,60% dengan coverage ratio terjaga pada kisaran 3,05%,” kata Sunarso, Kamis (25/7/2024).
Kabarnya, BRI mencatatkan laba bersih konsolidasi kepada pemilik sebesar Rp 29,7 triliun per Juni 2024.
Capaian tersebut lebih tinggi Rp 29,42 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Saat ini, total laba bersih komprehensif mencapai Rp 29,99 triliun.
Sedangkan dari sisi dana, dana pihak ketiga (DPK) BRI memperoleh Rp 1.389,66 triliun, naik 11,6% YoY. Dana perbankan didominasi oleh uang murah atau Current Account Saving Account (CASA) sebesar Rp 877,89 triliun, tumbuh 7,7% year-on-year. Hingga Juni 2024, porsi uang bank murah mencapai 63,17%.
“Yang mendukung tercapainya uang murah adalah kita memiliki implementasi hybrid bank yang disampaikan oleh agen BRIlink dan BRImo Superpack,” kata Sunarso. Estimasi Saham BBRI
Arjun Ajwani, analis riset InfoVesta Capital Advisory, mengatakan harga saham BBRI masih berpeluang naik.
Prospek saham BBRI masih bagus. Rekomendasi beli, ujarnya kepada Bisnis, Kamis (25/7/2024).
Menurut dia, ekspektasi putaran kredit tahun ini cukup kuat dan mendorong emiten perbankan besar seperti BBRI meningkatkan permintaan kredit.
Sementara itu, secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, saham BBRI mendapat rekomendasi beli saat melemah dengan level support Rp 4.280 dan level resistance Rp 4.940 per saham.
“Saham BRI memiliki target harga Rp 4.980 hingga Rp 5.325 per saham,” ujarnya kepada Bisnis.
Sementara itu, Analis Saham BCA Securities Ahmad Yaqui mengatakan laba bersih BBRI hanya tumbuh sekitar 1,1% pada Semester I/2024 dan turun sekitar 13% QoQ, berada di bawah ekspektasi pasar.
“[Hal ini] karena tekanan dari NIM yang terus menekan kinerjanya, seiring dengan pertumbuhan OPEX sebesar 19,8% QoQ yang mengakibatkan peningkatan rasio pendapatan (CIR) menjadi 41%,” ujarnya, Kamis (Bisnis). 25/7/2024)
Apalagi upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja dengan pertumbuhan kredit sebesar 11% dibandingkan Semester I/2024, dimana segmen konsumer tumbuh 11,5% secara tahunan dan mencapai 29,2% year-on-year untuk korporasi.
Sementara itu, Yaqui mengatakan penurunan pencadangan sebesar 22% untuk menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) di kisaran 3,1% belum mampu mendongkrak kinerja BBRI.
BRI bisa memaksimalkan kuota kredit usaha masyarakat [CUR] yang masih di atas Rp 80 triliun karena ada subsidi bunga dan risiko yang ditanggung asuransi pemerintah, ujarnya.
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan akibat keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel