Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) masih diharapkan dalam jangka panjang meski perseroan telah mengurangi laba bersih selama Semester I/2024.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Rabu (24/7/2024), UNVR mencatatkan penjualan sebesar Rp 19,04 triliun. Penjualan tersebut turun 6,15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 20,29 triliun. 

Penjualan tersebut terbagi dalam dua segmen, yakni kebutuhan rumah tangga dan perawatan pribadi sebesar Rp12,28 triliun, serta penjualan makanan dan minuman sebesar Rp6,76 triliun. 

Berdasarkan geografi, UNVR mencatat penjualan rumah tangga dan perawatan pribadi sebesar Rp11,86 triliun dan ekspor sebesar Rp417 miliar. Sementara penjualan makanan dan minuman UNVR di dalam negeri sebesar Rp6,64 triliun dan ekspor di segmen ini sebesar Rp119,9 miliar. 

UNVR mencatat nilai barang terjual turun 5,89% menjadi Rp9,57 triliun dari sebelumnya Rp10,17 miliar. UNVR menjelaskan, banyak komponen harga pokok penjualan yang meliputi bahan baku, biaya tenaga kerja, depresiasi aset, biaya produksi, dan lainnya.

UNVR juga mencatatkan beban pemasaran dan penjualan sebesar Rp4,58 triliun dan beban administrasi sebesar Rp1,68 triliun.

UNVR mencatatkan laba kotor sebesar Rp9,46 triliun. Laba kotor ini turun 6,42% dibandingkan tahun lalu sebesar Rp10,11 triliun.

Setelah dikurangi berbagai biaya, UNVR mencatatkan laba sebesar Rp2,46 triliun atau turun 10,60% dibandingkan Semester I/2023 sebesar Rp2,75 triliun. Jika dilihat dalam 10 tahun terakhir, laba bersih yang diraih pada Semester I/2024 merupakan laba bersih UNVR yang terendah dalam 10 tahun terakhir. 

Akibatnya, laporan keuangan Unilever Indonesia berada di bawah estimasi konsensus analis yang dihimpun Bloomberg. 

Tercatat Unilever Indonesia mampu mencatatkan pendapatan sebesar Rp 9,69 triliun pada kuartal II 2024, sesuai konsensus analis. Lalu, laba bersihnya diperkirakan mencapai Rp 1,31 triliun

Buruknya kinerja keuangan UNVR tak lepas dari sentimen boikot yang melanda penyedia jasa konsumen dalam beberapa waktu terakhir.

JP Morgan dalam risetnya sebelumnya menyebut kinerja laba bersih Unilever Indonesia yang menurun dibandingkan tahun 2019, turut memukul perseroan pada kuartal IV 2023. Namun sentimen tersebut diperkirakan akan segera berakhir.

“Dalam pandangan kami, penurunan telah berakhir dan perusahaan berada dalam fase pemulihan,” tulis analis JPMorgan, Tim, baru-baru ini.

JPMorgan memproyeksikan pertumbuhan pendapatan Unilever Indonesia akan terlihat pada tahun 2025, seiring dengan upaya perusahaan memulihkan pangsa pasarnya pada tahun ini.

Upaya tersebut terlihat dari biaya iklan dan promosi yang dikeluarkan Unilever Indonesia pada triwulan I tahun 2024. Pada periode tersebut, UNVR mengeluarkan biaya iklan sebesar Rp912 miliar, meningkat 7,79% dari tahun sebelumnya sebesar Rp846,12 miliar.

Awal tahun ini, belanja iklan UNVR merupakan yang tertinggi dalam lima tahun. Pada kuartal I-2022, belanja iklan UNVR mencapai Rp733,29 miliar, kemudian pada kuartal I-2021 mencapai Rp621,92 miliar, sedangkan pada kuartal I-2021 sebesar Rp769,08 miliar. dan Rp 592,41 miliar pada tahun 2020 dan 2019.

Direktur Utama Unilever Indonesia Benji Yap tak memungkiri kinerja UNVR diliputi sentimen negatif setidaknya hingga Semester II/2024.

Untuk itu, Benji mengatakan pada Semester I/2024 timnya akan mengatasi beberapa tantangan jangka pendek sambil terus mencatat kemajuan di bidang-bidang yang penting bagi masa depan perusahaan.

Dalam pemaparannya pada Rabu (24/7/2024), beliau mengatakan, “Kami tetap teguh dalam upaya membangun bisnis dengan memperkuat fundamental, mengutamakan daya saing merek kami dan mengedepankan efisiensi biaya untuk profitabilitas. 

Pada saat yang sama, lanjut Benji, timnya sedang melakukan program transformasi untuk mempertajam fokus dan mendorong pertumbuhan melalui organisasi yang lebih akuntabel.

“Upaya perbaikan ini memerlukan waktu,” ujarnya. UNVR yakin upaya ini akan menghasilkan kinerja fundamental yang lebih kuat pada paruh kedua tahun 2024. 

Sementara itu, Analis Mira Asset Securitas Nafan Aji Gusta mengeluarkan rekomendasi hold saham UNVR dengan target harga Rp 2.750. 

Nafan menilai ekspektasi kinerja UNVR masih akan dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral, khususnya Bank Indonesia yang akan melonggarkan kebijakan moneternya.

“Jika diterapkan diharapkan dapat meningkatkan penggunaan secara umum. Selain itu, UNVR melakukan inovasi komersial,” ujarnya.

Dihubungi terpisah, Analis Kiwoom Securitas Indonesia Abdul Aziz Setio Weibo mengatakan kinerja penjualan UNVR membatasi peluang pertumbuhan karena persaingan yang ketat dan daya beli masyarakat yang melemah.

Dalam proyeksi tersebut, Keywoom Securitas merekomendasikan pembelian spekulatif saham UNVR dengan target Rp 2.930 hingga Rp 2.950 dan support di level Rp 2.820 – Rp 2.810.

Pada tahun 2024, manajemen Unilever Indonesia berencana meningkatkan inovasi pada produk-produk unggulannya. Langkah tersebut bertujuan untuk mengembalikan pangsa pasar perusahaan yang tergerus akibat boikot pada November dan Desember 2023.

Direktur Keuangan Unilever Indonesia Vivek Agarwal mengatakan transformasi pasar pada tahun 2024 menjadi salah satu prioritas perusahaan. Ia pun optimistis kinerja perseroan akan lebih baik dibandingkan tahun lalu.

“Kami mulai membangun kembali pangsa pasar yang hilang pada bulan November dan Desember tahun lalu. Dalam pengungkapan publik pada awal bulan Maret, dia berkata, “Pada bulan Maret, kami memulihkan 158 bit pangsa pasar dan 210 bit pangsa pasar.

__________

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel