Bisnis.com, Jakarta – Rencana pemerintah untuk menggunakan kereta api otonom (ART) atau yang disebut kereta atau trem otonom di ibu kota negara Indonesia (IKN) kini semakin dekat untuk direalisasikan.
Baru-baru ini, Menteri Perhubungan Buddhikarya Sumadi mengatakan kereta trem otonom akan diberangkatkan dari China pada awal Juli 2024. Menurut perhitungan, kapal ekspedisi yang akan membawa trem otonom itu akan tiba di pelabuhan Balikpapan dan dijadwalkan tiba di IKN di IKN. Akhir Juli 2024 setelah bea cukai selesai.
Ia mengatakan, trem otonom yang dibawa ke Indonesia merupakan satu set kereta yang terdiri dari tiga kereta.
Dalam keterangan resminya yang dikutip, Senin (15/7/2024), Bodhi Kariya mengatakan: “Oleh karena itu, trem otonom dipastikan sudah bisa beroperasi pada Agustus 2024.”
Sebelumnya, Bodhikarya sedang mempertimbangkan pembangunan trem otonom ini bersama pihak China mulai awal 2024. Berdasarkan catatan Bisnis.com, per 12 Januari 2024, penemuan itu dilakukan melalui China Railway Company (CRRC).
Saat itu rangkaian trem otonom terdiri dari tiga gerbong atau kereta api, kata Bodhikarya. Trem otonom ini berkapasitas 307 penumpang, kecepatan operasi 40 km/jam dan kecepatan maksimum 70 km/jam. Spesifikasi dan pengoperasian kereta ART IKN
CRRC pertama kali mengembangkan trem otonom pada tahun 2017, demikian informasi di situs resmi China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC), diakses pada Senin (15/7/2024). Transportasi jenis ini diperkenalkan pada Oktober 2017 di Kota Zhuzhou, Provinsi Hunan, dan mulai beroperasi pada tahun 2018.
Satu kereta ART terdiri dari tiga kereta atau gerbong dan berkapasitas 300 orang. Sedangkan rangkaian kereta lima gerbong disebut mampu menampung hingga 500 penumpang.
CRRC mengatakan kereta otonom tersebut memiliki kecepatan maksimal 70 km/jam. Berbeda dengan moda transportasi kereta api lainnya, ART ini tidak berjalan di atas rel konvensional. Kereta otonom ini beroperasi di jalan raya seperti kendaraan bermotor lainnya melalui rute virtual yang telah ditentukan dalam sistem.
Kereta otonom ini dilengkapi dengan sensor dan radar di setiap sudut sehingga memungkinkan pengoperasian tanpa pengemudi. Sensor ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi rute virtual dan memantau kondisi jalan.
Selain itu, kereta otonom juga dilengkapi dengan sistem persinyalan yang dirancang untuk memprioritaskan kereta di jalan. Kereta otonom tersebut akan mengeluarkan perintah 100 meter sebelum mencapai lampu lalu lintas untuk mengatur pergerakan lalu lintas dan mengutamakan lalu lintas bebas ART.
Sedangkan ART merupakan metode transportasi berbasis listrik yang disalurkan melalui baterai. Dalam penerapannya, setiap stasiun kereta mandiri akan dilengkapi dengan perangkat fast charger.
Saat ini, kapasitas pengisian maksimum ART mencapai 1.000 amp, kata CRRC. Kereta otonom CRRC dapat menempuh jarak hingga 25 km dengan biaya 10 menit.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel