Bisnis.com, Jakarta – Jika telinga Anda terasa berdenging, berarti ada yang sedang menggosipkan Anda. Mitos-mitos ini dapat menghalangi orang untuk menerima pengobatan yang tepat.

Faktanya, tinitus bisa berarti telinga berdenging, penyakit umum yang dialami banyak orang.

Apa itu tinnitus? Mengutip dari NIDCD (National Institute on Deafness and Other Communication Disorders), tinnitus adalah sensasi suara yang tidak dapat didengar orang lain. Tinnitus dapat terdengar seperti telinga berdenging, mendengung, atau bahkan suara gemuruh.

Masalah yang cukup umum terjadi, tinnitus ringan biasanya dialami oleh hampir semua orang dan mungkin hilang setelah beberapa menit. Namun, ada juga kasus tinitus kronis yang memburuk dan berlangsung lebih dari tiga bulan.

Tinnitus biasanya tidak mengganggu kehidupan sehari-hari. Namun pada kasus yang ekstrim, tinitus dapat menyebabkan gangguan tidur, kecemasan, bahkan depresi.

Gejalanya meliputi terus-menerus mendengar suara. Suara ini bisa terdengar di telinga kiri, telinga kanan, atau kedua telinga. Penn Medicine melaporkan ada dua jenis tinnitus.

– Tinnitus subyektif, bila suara hanya terdengar melalui tinitus.

– Tinitus obyektif. Jika bunyi terdengar oleh pasien dan pemeriksa (menggunakan stetoskop). Penyebab tinitus

Penyebab tinitus tidak diketahui. Namun ada teori yang menyatakan bahwa suara pendengaran tidak didengar oleh telinga, melainkan dihasilkan oleh korteks pendengaran otak. Masalahnya, area ini menghasilkan suara di telinga yang sebenarnya tidak ada.

Tinnitus dapat terjadi dengan sendirinya (primer) atau merupakan gejala gangguan pendengaran lainnya (sekunder). Masalah lainnya meliputi: 1. Kebisingan

Paparan suara keras seperti konser, acara olahraga, kembang api, dan ledakan bom dapat menyebabkan tinnitus. Inilah sebabnya mengapa tinitus sering terjadi pada para veteran. 2. Farmasi

Obat dosis tinggi yang dapat menyebabkan tinitus antara lain ibuprofen, aspirin, antibiotik, obat kanker, antimalaria, dan antidepresan. 3. Infeksi telinga

Tinnitus dapat terjadi ketika kotoran telinga atau cairan infeksius menumpuk di saluran telinga. 4. Gangguan pendengaran

Disabilitas, termasuk gangguan pendengaran, paling sering terjadi pada orang lanjut usia dan orang yang sering terpapar kebisingan. Namun, tidak semua penderita gangguan pendengaran mengalami tinitus.

Gangguan pendengaran juga mungkin berhubungan dengan penyakit Meniere, penyakit telinga bagian dalam. Penyakit Meniere disertai sakit kepala dan kehilangan keseimbangan. 5. Masalah kepala atau leher

Cedera kepala dan leher dapat merusak struktur telinga. Selain itu, saraf dan/atau bagian otak yang terlibat dalam pendengaran mungkin terpengaruh. Ini dapat menyebabkan tinitus.

Masalah lain seperti tekanan darah tinggi, tumor, diabetes, dan migrain juga bisa menyebabkan tinnitus. Metode penghapusan dan pengobatan

Tinnitus ringan dapat diatasi dengan menyalakan suara latar, seperti musik atau white noise. Namun, jika hal tersebut memang mengganggu, Anda bisa mencoba merilekskan dan menenangkan tubuh. Selain itu, kurangi kafein dan tembakau. Ini karena stres dan kecemasan dapat memperburuk tinnitus.

Tinnitus ringan akan hilang dengan sendirinya. Jika Anda mengalami tinitus yang persisten, tinitus, tinnitus pasca cedera, atau disertai gejala lain (pusing, kehilangan keseimbangan, mual), Anda dapat mencari pertolongan medis. (Irma Raihana)

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel