Bisnis.com, Jakarta — Badan Jasa Keuangan (OJK) mencatat pembiayaan modal ventura dilakukan pada Mei 2024. Pendanaan modal sebesar 11,96% per tahun (y/y) disesuaikan Rp. 16,21 triliun
Namun jumlah tersebut sedikit meningkat dibandingkan April 2024 yakni Rp 16,32 triliun.
Direktur Jenderal Asosiasi Modal Ventura Indonesia untuk Startup (Amwisindo) Eddy Danusaputra mengatakan pihaknya masih mencari dua set investasi.
Berdasarkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 25 Tahun 2023 tentang Kegiatan Perusahaan Modal Ventura dan Perusahaan Modal Ventura Syariah, perusahaan modal ventura dibagi menjadi dua kategori, yaitu perusahaan modal ventura dan perusahaan pinjaman utang.
Perusahaan Investasi adalah perusahaan penanaman modal yang fokus pada kegiatan penanaman modal, penanaman modal melalui pembelian obligasi konversi/sukuk konversi dan/atau pengelolaan dana investasi.
Sementara itu, perusahaan pinjaman investasi fokus pada pembiayaan melalui pembelian surat utang/sukuk yang diterbitkan oleh mitra usaha pada tahap awal pengembangan usaha dan/atau pembiayaan, pembiayaan dan/atau prinsip pembiayaan Bagi hasil.
“Kami masih melihat kesenjangan pendanaan antara keduanya,” kata Eddy kepada Bisnis, Minggu (14/7/2024).
Eddy mengatakan, pembiayaan perusahaan modal ventura mungkin dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi dan kenaikan suku bunga perbankan. Sementara itu, VC mungkin mengalami penurunan pendanaan karena musim dingin teknologi yang sedang berlangsung.
Perusahaan ventura lebih selektif dalam berinvestasi. Pada paruh kedua tahun ini, dia berharap situasi bisa membaik.
“Mudah-mudahan membaik dengan adanya potensi penurunan harga,” kata Eddy.
Di sisi lain, meski tidak menyebutkan rincian pembiayaan yang dimaksud, Indonesia Mandiri Capital (MCI) mengaku masih aktif mencari peluang investasi pada paruh pertama tahun 2024, namun lebih selektif.
CEO MCI Ronald Semarangker mengatakan perusahaan lebih fokus pada strategi startup untuk meraih profitabilitas dengan menilai seberapa kuat posisi produk/layanan startup di pasar, potensi pengembangan industri startup, dan kemampuan manajemen inti. Untuk mulai berkembang.
Ia juga mengatakan MCI tidak memiliki target atau batasan jumlah investasi pada periode berapa pun.
Oleh karena itu, MCI mempertimbangkan peluang investasi berdasarkan peluang, bukan secara berkala. MCI adalah VC multi-tahap yang beroperasi di sektor agnostik. Oleh karena itu, MCI aktif berinvestasi di startup. Seluruh ekosistem mencari dan mengidentifikasi startup yang potensinya tinggi dan bahkan potensinya besar nilai sinergisnya,” kata Ronald saat dihubungi Bisnis, Minggu (14/07/2024).
Memasuki Semester II/2024, Ronald mengatakan MCI optimis prospek pendanaan akan membaik, terutama dengan adanya kemungkinan The Fed menurunkan suku bunganya.
Ia berharap penurunan suku bunga akan berdampak positif terhadap tren investasi sehingga meningkatkan minat investor untuk berinvestasi.
Selain itu, lanjutnya, MCI akan tetap waspada dalam melakukan investasi, namun juga akan agresif dalam mengejar segala peluang yang muncul untuk memperkuat portofolio investasi kita.
Meski optimis, Ronald mengatakan industri investasi masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan ini adalah penurunan biaya penggalangan dana di seluruh dunia.
“Penurunan ini menyebabkan beberapa investor pada awalnya mengurangi modalnya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun MCI akan proaktif dalam memberikan investasi dan aktif mempromosikan ekonomi digital Indonesia dan global. Berkolaborasi dengan startup dan mitra kami untuk mendukung pembangunan.
Sementara itu, Analis Ekonomi Digital Hiro Sutadi mengatakan pendanaan VC di Indonesia akan bergantung pada pendanaan VC secara global. Menurutnya, okupasi ini ada dan hanya diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang akan berkembang di masa depan.
“Pendanaan startup sekarang sangat lambat, banyak investor yang menarik dananya. Ia menjelaskan: “Mendanai startup dengan model e-commerce agak sulit, kecuali untuk hal-hal baru seperti Internet of Things, kecerdasan buatan, potensinya masih cukup besar. .”
Selain itu, Hero mengatakan situasi politik di Indonesia juga turut berdampak. Pasca pemilihan umum (Pemilu) yang berakhir pada Februari lalu, Indonesia masih menunggu pergantian kepemimpinan pada Oktober tahun depan.
Banyak juga yang menunggu dan melihat apakah ada hal baru, terutama dari segi regulasi yang bisa mempengaruhinya, ujarnya.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel