Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham dengan kapitalisasi pasar besar (large cap) masih berisiko masuk dalam pengawasan Badan Pengawas Lelang Penuh Khusus (PPK FCA).
Ingatlah bahwa IHSG pernah mengalami volatilitas yang signifikan, terutama menyusul tindakan PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) konglomerat Prajogo Pangestu bergabung dengan PPK FCA pada 29 Mei 2024 karena suspensi dua hari dari bursa akibat aktivitas perdagangan.
Masuknya BREN ke dalam FCA PPK saat itu membuat IHSG anjlok ke level terendah tahun ini di 6.726,92 pada 19 Juni 2024. Hal tersebut bukan tidak beralasan mengingat BREN merupakan emiten berkapitalisasi besar dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI yang pernah mencapai Rp 1.500 triliun.
Chief Development Officer BEI Jeffrey Hendrick mengatakan bursa tidak bisa bersikap tentatif dalam memantau saham dan menerapkan aturan. Artinya, jika IHSG anjlok karena saham-saham berkapitalisasi besar masuk dalam PPK FCA, maka ini merupakan konsekuensi yang harus diterima bersama.
Oleh karena itu, jika perlu bertindak sesuai SOP, kami akan melakukannya, apa pun konsekuensinya. Jadi bukannya mencoba untuk mendukung indeks atau mendukung sentimen, bukan? Oleh karena itu, apapun konsekuensinya, tetap harus dilakukan, katanya, dikutip Senin (8/7/2024).
BEI juga menyatakan bahwa risiko penurunan IHSG tidak hanya disebabkan oleh PPK FCA saja, namun juga faktor eksternal seperti ketidakpastian makroekonomi dan ketidakpastian perekonomian global.
Bursa Efek Indonesia (EIB) secara de facto telah merevisi aturan PPK FCA mulai 21 Juni 2024, namun kriteria nomor 10 tidak berubah, yaitu saham yang dikenakan penghentian sementara perdagangan efek untuk jangka waktu yang lebih lama. pasar. hingga aktivitas perdagangan.
Kriteria ini sempat menimbulkan kontroversi di kalangan investor karena suatu saham yang disuspensi BEI selama dua hari akibat aktivitas perdagangan bisa langsung masuk PPK FCA, termasuk emiten berkapitalisasi besar.
Sementara itu, Direktur Pengawasan dan Kepatuhan Transaksi BEI Christian Manullang mengakui tak hanya BREN, emiten lain yang berkapitalisasi pasar besar juga berisiko bergabung dengan FCA.
Ia juga menyinggung pihak-pihak tertentu yang menyebabkan anomali harga saham. Artinya, saham tersebut mengalami kenaikan atau penurunan harga yang tidak wajar.
“Ada kemungkinan tanda-tanda bahwa pihak-pihak tertentu melakukan sesuatu. “Kita tidak boleh hanya mengatakan ini manipulasi, ini tandanya ada anomali, jadi [fluktuasi harga] tidak biasa,” ujarnya saat ditemui di gedung EIB.
Selain itu, Christian mengatakan BEI memiliki sistem cerdas yang dapat memantau harga saham secara real time dan mendeteksi tanda-tanda kenaikan atau penurunan harga yang tidak semestinya.
Sebagai langkah awal, BEI menerbitkan Unusual Market Activity Notice (UMA) untuk menginformasikan investor atas pelanggaran harga saham tersebut, kemudian BEI menghentikan sementara perdagangan untuk mendinginkannya selama sehari.
“Jika masih fluktuatif setelah disuspend sehari, kami taruh di papan pantau khusus, namun dikurangi waktunya dari sebelumnya 30 hari menjadi hanya 7 hari,” pungkas Christian Impact dari Reksa Dana Saham.
Kebijakan FCA yang terus menyasar saham-saham berkapitalisasi besar juga berdampak pada manajer investasi yang memiliki portofolio besar saham-saham berkapitalisasi pasar pada produk reksa dananya.
Senior Vice President, Head of Retail, Product Research and Distribution Henan Putihrai Asset Management, Reza Fahmi Riawan mengatakan, kebijakan PPK FCA berdampak signifikan terhadap portofolio reksa dana saham. Selain itu, PPK FCA juga kemungkinan akan menyasar saham-saham berkapitalisasi besar lainnya yang sempat disuspensi selama dua hari.
“Risiko yang terkait dengan kriteria penangguhan dua hari cukup signifikan. “Dalam jangka pendek, risiko ini dapat menimbulkan lebih banyak ketidakpastian dan volatilitas pada portofolio reksa dana saham, terutama pada saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar tinggi namun dapat mengalami suspensi jangka pendek,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (6/11). . /2024).
Selain itu, dia mengatakan strategi portofolio Henan AM hingga akhir tahun 2024 akan fokus pada diversifikasi aset untuk mengurangi risiko dan meningkatkan potensi imbal hasil. Di reksa dana saham atau campuran, Henan AM akan meningkatkan alokasinya pada saham-saham defensif yang memiliki fundamental kuat serta obligasi korporasi dengan imbal hasil menarik.
Henan AM juga berharap aturan PPK FCA dapat terus dievaluasi dan disesuaikan dengan kondisi pasar yang dinamis. Salah satu aspek yang perlu dievaluasi adalah kriteria suspensi dua hari yang harus direvisi agar tidak terlalu memberatkan emiten berkapitalisasi besar dan likuiditas tinggi.
“Kami berharap adanya transparansi dan konsultasi yang lebih baik dengan pelaku pasar sehingga kebijakan yang diambil benar-benar dapat mendukung stabilitas dan pertumbuhan pasar modal,” ujarnya.
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA