Bisnis.com, Jakarta – Partai Buruh membantah informasi Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mengenai jumlah pekerja yang di-PHK (PHK) pada Januari-Mei 2024.
Ketua KSPI Syed Iqbal mengatakan jumlah PHK ini lebih tinggi dibandingkan angka yang dilaporkan Kementerian Ketenagakerjaan.
Sebelumnya, Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) melaporkan sedikitnya 27.915 pekerja akan terkena PHK antara Januari 2024 hingga 19 Juni 2024.
Data tersebut berbeda dengan data litbang Partai Buruh dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI). Syed Iqbal mengatakan, berdasarkan informasi pegawai, setidaknya ada ratusan ribu pekerja yang terkena PHK, tepatnya 127.000 pekerja.
“Tokoh KSPI dan Litbang andalan Partai Buruh berbeda dengan Kementerian Ketenagakerjaan,” kata Syed kepada media di Lapangan Patung Kuda Mona, Rabu (7/3/2024).
Selain itu, menurut dia, kasus PHK mulai terjadi secara bertahap. Ia memperkirakan 20.000 pekerja kurir dan logistik akan kehilangan pekerjaan jika pemerintah tidak segera mencabut peraturan yang memperbolehkan platform e-commerce asing membuka perusahaan jasa kurir dan logistik di Indonesia. Namun, Said tak merinci aturan apa yang dimaksudnya.
Di kalangan buruh, pemerintah juga wajib mencabut Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 yang merujuk pada perubahan ketiga atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36 Tahun 2023 guna memenuhi tuntutan tersebut. dengan kebijakan dan peraturan impor. industri dalam negeri.
Syed mengatakan aturan tersebut akan mematikan industri dalam negeri, khususnya industri tekstil dan produk tekstil (TPT), sehingga berujung pada penutupan pabrik dan PHK massal.
“Sampai pemberhentian tetap berlanjut, batalkan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 8 Tahun 2024,” tegasnya.
Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja, pada Rabu (7 Maret 2024), setidaknya ada 27.222 pegawai yang diberhentikan pada Januari-Mei 2024. Provinsi Banten mempunyai jumlah PHK terbanyak yakni sekitar 21,52%. Dari seluruh kasus yang dilaporkan.
Partai Buruh dan KSPI sebelumnya menggelar aksi unjuk rasa di halaman Patung Kuda Biksu pada Rabu (7 Maret 2024). Berdasarkan pantauan pelaku usaha di lapangan, operasi baru dimulai sekitar pukul 10.50 WIB.
Puluhan pengunjuk rasa terlihat mengibarkan bendera Partai Buruh dan organisasi buruh lainnya serta membawa selebaran bertuliskan “Hentikan Redundansi di Industri Kurir dan Logistik” dan “Akhiri Persaingan Bisnis Tidak Sehat”.
Kemudian massa operasi dibagi menjadi dua titik. Pertama, di depan kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jl. MI. Ridwan Rice dan satu lagi dari Kementerian Perhubungan, J. Medan Merdeka Barat dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Jl. Ir.H. Juanda.
Diberitakan sebelumnya, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mengungkapkan, setidaknya ada 27.915 pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) sejak awal tahun hingga 19 Juni 2024.
Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Indah Angoro Putri mengatakan, total pekerja yang terkena PHK didominasi oleh industri garmen sebanyak 15.919 orang, sedangkan sandang, tekstil, alas kaki. Dan sektor kulit ada 11.874 orang.
“Kenapa lagi? Karena ini [industri non-garmen] merger, sektornya banyak. Ini [data] baru PHK tahun 2024 dari Januari sampai 19 Juni,” kata Inda saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Selasa. Rabu 19 Juni 2024).
Ia mengatakan, Jawa Barat dan Jawa Tengah menjadi provinsi yang paling banyak pekerjanya terkena PHK. Sebab, banyak pabrik manufaktur di kedua provinsi tersebut.
Ida juga mengatakan, baik pemerintah pusat maupun daerah membantu pembebasan korban dan memantau agar hak-hak yang diberikan kepada pegawai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel