Bisnis.com, JAKARTA – Adopsi sistem pembayaran Quick Response Code (QRIS) standar Indonesia terus berkembang. Namun skema pembayaran dengan QRIS masih minim di stand Tegal atau cabang Warteg.

Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni menjelaskan kendala yang dihadapi pemilik warteg dengan sistem pembayaran QRIS dan alasan masih banyak warung yang menerima pembayaran tunai.

“Kurang dari 5% [warteg yang menggunakan QRIS] karena beberapa alasan. Salah satunya adalah tidak semua warteg memiliki akses terhadap teknologi seperti smartphone atau perangkat pemindai kode QR,” ujarnya, Rabu (7/3/2024).

Selain itu, ia mengatakan tidak semua pelanggan wartega juga memiliki perangkat yang mendukung aplikasi pembayaran digital. Selain itu, QRIS memerlukan koneksi Internet untuk melakukan transaksi.

Di beberapa daerah, lanjutnya, akses internet mungkin masih terbatas atau tidak stabil sehingga dapat mempersulit proses pembayaran.

“Pemilik dan pelanggan Wartega perlu memahami cara penggunaan QRIS. Termasuk cara mengunduh aplikasi yang mendukung QRIS, membuat akun, dan melakukan pembayaran. Sosialisasi dalam menggunakan QRIS penting dilakukan,” imbuhnya. 

Meski biaya transaksi QRIS relatif rendah, kata Mukroni, pemilik wartega memiliki margin keuntungan yang sangat rendah. Oleh karena itu, biaya tambahan sekecil apa pun pasti akan membebani mereka.

Selain itu, kekhawatiran akan keamanan digital dan penipuan mungkin membuat beberapa pemilik warteg dan pelanggan ragu untuk menggunakan QRIS.

“Banyak pelanggan wartega yang lebih terbiasa bertransaksi tunai dan mungkin ragu untuk beralih ke metode pembayaran digital.

Sedangkan keunggulannya adalah efisiensi transaksi, pencatatan keuangan yang lebih baik, dan kemampuan menarik pelanggan muda yang lebih nyaman dengan pembayaran digital, ”ujarnya.

Karena masih minimnya warteg khususnya anggota Kowantar yang menggunakan QRIS, Mukroni berharap ada kampanye edukasi yang intensif mengenai manfaat dan cara penggunaan QRIS.

Selain itu, penyedia layanan juga memberikan insentif seperti subsidi atau diskon biaya transaksi wartega atau pemberhentian tradisional yang menggunakan QRIS.

“Mereka mungkin menawarkan program cashback atau diskon khusus bagi pelanggan yang membayar dengan QRIS di warteg. Hal ini juga harus dibarengi dengan perluasan akses Internet di wilayah-wilayah yang belum terlayani dengan baik. ,” tambah Mukroni.

Kowantara juga mendorong bank dan perusahaan fintech untuk menawarkan paket layanan menarik kepada warteg, termasuk alat gratis atau biaya transaksi yang lebih rendah. Termasuk melaksanakan program kerja sama dengan perbankan untuk mendukung digitalisasi UMKM, termasuk UKM.

Pemerintah sebaiknya mengeluarkan kebijakan yang mendukung penggunaan QRIS, misalnya dengan memberikan insentif perpajakan bagi warteg yang mengadopsi QRIS, serta regulasi yang memudahkan warteg mengakses layanan keuangan digital.

CEO perusahaan agregator komersial PT Trans Digital Cemerlang (TDC) Indra mengatakan sosialisasi seluruh jenis transaksi digital, termasuk penggunaan QRIS, harus menjadi prioritas semua pihak.

“Beberapa waktu lalu Bank Indonesia menyampaikan bahwa sosialisasi dan edukasi mengenai QRIS merupakan tanggung jawab bersama, baik dari sisi literasi maupun pencegahan penyalahgunaan. Saya melihat seluruh pemangku kepentingan, termasuk para pedagang, bergerak ke arah tersebut, dan hal ini sangat positif,” dia berkata .

Indra menjelaskan, penggunaan QRIS bagi pelaku usaha seperti warung makan merupakan suatu keharusan di era digital. Kami percaya bahwa digitalisasi yang cepat dan akses yang lebih mudah akan meningkat di masa depan. Menurut dia, komitmen pemerintah terhadap jaringan internet saat ini cukup baik dan berdampak ke daerah.

Terkait nasabah yang bersedia memberikan bantuan keuangan dan pelatihan bagi UKM, Indra yakin banyak perusahaan di sistem keuangan digital yang bersedia melakukannya.

Menurutnya, penting bagi Warteg untuk mengetahui identitas perusahaan penyedia sistem transaksi digital atau perusahaan yang akan memberikan bantuan keuangan, agar tidak terkena penipuan. 

“Edukasi penggunaan QRIS menjadi salah satu prioritas kami. Saat ini sedang berlangsung pelatihan bagi UKM di wilayah Pematang Siantar dan Samosir. Edukasi ini juga bisa diterapkan pada pemilik warteg, tinggal permulaan saja, ujarnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel