Bisnis.com, JAKARTA – Hubungan bermasalah dan romantis bisa muncul dari pola keterikatan masa kecil. Dengan memahami spesies, kita dapat berkomunikasi secara harmonis.

Attachment style adalah cara seseorang berperilaku dalam hubungan romantis berdasarkan tingkat kedekatan emosional yang dimilikinya dengan orang tuanya. Hal ini didasarkan pada teori keterikatan yang dikembangkan oleh psikiater John Bowlby dan Mary Ainsworth.

Menurut teori ini, kualitas hubungan pertama masyarakat—antara anak-anak dan pengasuh utama mereka—menentukan respons masyarakat terhadap kedekatan dan kedekatan emosional. Jenis gaya koneksi

Menurut Helpguide.org, gaya lampiran umumnya dibagi menjadi lampiran aman dan tidak aman. Keterikatan yang tidak aman juga dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok – cemas, obsesif, dan tidak terorganisir.

Jika orang tua memberikan kenyamanan dan menanggapi kebutuhan fisik dan emosional anak, maka anak dapat mengembangkan keterikatan yang aman. Orang tua yang membaca dan merespon komunikasi nonverbal anaknya, seperti menangis dan tertawa, dapat menumbuhkan rasa aman tersebut.

Orang dewasa yang memiliki keterikatan aman mempercayai diri mereka sendiri dan pasangannya, dapat menangani konflik, dan tidak takut dengan keintiman emosional.

Di sisi lain, orang tua yang tidak konsisten memberikan kenyamanan fisik dan emosional dapat menimbulkan karakteristik insecure attachment pada anak. Orang dewasa mengalami kesulitan memahami perasaan mereka sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, mereka tidak dapat mempertahankan hubungan romantis yang langgeng. 

Karena perkembangan emosi anak sangat dipengaruhi oleh hubungan orang tuanya, maka penting untuk mewaspadai gaya keterikatan untuk menyelesaikan masalah komunikasi. 1. Gaya koneksi aman

Jenis gaya keterikatan ini ditandai dengan kemampuan menerima tanggung jawab atas tindakan. Selain itu, mereka menghargai diri sendiri, mengungkapkan kebutuhan dan perasaannya dengan mudah serta dapat menjadi pendukung yang baik bagi pasangannya.

Orang dengan gaya secure attachment dapat menangani masalah dan konflik dengan baik. Mereka memahami apa yang harus dilakukan ketika masalah muncul, baik secara teknis maupun emosional. 2. Gaya keterikatan yang cemas

Orang tua dengan gaya keterikatan cemas mungkin mengalami konflik dalam gaya pengasuhannya. Terkadang orang tua merespons, namun kemudian menghilang atau perhatiannya teralihkan. 

Hal ini menimbulkan rasa percaya diri dalam bentuk kecemasan. Mereka merasakan kebutuhan akan hubungan yang dekat, tetapi tidak bisa sepenuhnya mempercayai pasangannya. 

Selain itu, penderita depresi biasanya terobsesi dengan pasangannya sehingga tidak menyukai batasan dalam hubungan. Tipe ini ditandai dengan tingkat kecemburuan yang tinggi dan ketidakmampuan untuk menjauh dari pasangan dalam waktu yang lama. 3. Gaya koneksi

Berbeda dengan keterikatan kecemasan, seseorang dengan gaya introvert tidak dapat mentolerir keintiman emosional. Mereka sangat mandiri sehingga tidak nyaman menjalin hubungan romantis.

Situasi umum dalam suatu hubungan adalah mereka kesulitan mengekspresikan diri, menarik diri ketika pasangannya terjebak, dan lebih memilih hubungan biasa daripada hubungan jangka panjang.

Tipe ini sering mengakibatkan orang tua tidak memberikan kebutuhan emosional yang diperlukan anak-anaknya. Oleh karena itu, anak dipaksa untuk terhindar dari penyakit jantung secara emosional. 4. Gaya keterikatan yang tidak teratur/tidak teratur

Jenis gaya keterikatan yang tidak terorganisir ini berasal dari ketakutan yang ekstrem, sering kali dikaitkan dengan trauma masa kanak-kanak, pelecehan, atau pengabaian. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh orang tua yang mengalami trauma yang menimpa anak.

Orang-orang seperti ini memahami bahwa hubungan romantis bisa jadi rumit. Sikap egois dan tidak peka mungkin muncul. Dalam beberapa kasus, terdapat kecenderungan kekerasan dan kecanduan narkoba. Kiat untuk mempelajari gaya koneksi aman

Jika Anda teridentifikasi memiliki gaya keterikatan yang tidak aman, berikut beberapa tip untuk membangun keterikatan yang aman:

1. Hubungi psikolog atau psikiater.

2. Mengembangkan keterampilan komunikasi nonverbal, termasuk manajemen stres.

3. Pengembangan kecerdasan emosional. Berada di sana untuk pasangan Anda, dan pelajari tentang perasaan yang Anda miliki dan alasannya.

4. Kembangkan hubungan dengan orang-orang yang memiliki hubungan aman dengan Anda. Dengan cara ini, mitra bisa saling percaya.

Otak manusia dapat dilatih untuk mengelola trauma masa lalu guna membangun hubungan yang lebih baik dengan pasangan di masa sekarang. Setiap orang berhak menjalin hubungan yang sehat dan tidak bergantung pada masa lalu. (Ilma Raikhana)

Temukan berita dan artikel lainnya di Google News dan WA