Business.com, Jakarta – Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) telah mengembangkan rencana induk keamanan online untuk memandu pemerintah dalam pengambilan keputusan keamanan siber. Rencana tersebut diharapkan selesai sebelum Presiden Joko Widodo (Jokowi) lengser dan digantikan oleh Pravo Subianto.
Farli Ganinduto, Wakil Direktur Jenderal Komunikasi dan Informasi Kamar Dagang dan Industri Indonesia, menargetkan master plan tersebut akan diselesaikan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSNS), mitra bisnis, mitra internasional dan masyarakat. Oktober 2024
“Selanjutnya, cetak biru ini dapat dikonsultasikan dan diserahkan kepada pemerintahan di masa depan sehingga dapat menjadi pedoman strategis dan dasar pengambilan keputusan kebijakan,” demikian disampaikan pemerintah, Jumat (28/6/2024).
Dari segi konten, cetak biru ini akan mencakup pemetaan rinci potensi ancaman dan target serangan, kesiapan industri terkait regulasi dan strategi serta pendekatan lain terkait keamanan siber.
Ia menambahkan, kebutuhan untuk memperkuat keamanan siber di Indonesia menjadi semakin penting.
Pasalnya, Farley menyebut serangan siber seperti ransomware berpotensi mengganggu jalannya bisnis. Selain itu, sangat rentan terhadap kejadian seperti pencurian dan hilangnya data perusahaan dan pelanggan.
Secara khusus, sektor keuangan yang dinilai aman dapat terkena dampak menurunnya kepercayaan masyarakat dan terganggunya operasional perbankan dan jasa keuangan lainnya.
Selain itu, dunia usaha perlu mewaspadai dampak kerugian akibat serangan siber. Pada tahun 2021, BSSN memperkirakan kerugian akibat kejahatan siber di Indonesia akan mencapai Rp 24,9 triliun.
Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyebutkan kerugian akibat serangan siber tersebut mencapai $9,5 triliun atau sekitar $156,018 triliun (dengan asumsi nilai tukar Rp 16.423 per dolar AS). .
Hal itu disampaikan Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezer Patria pada seminar Indonesia bertajuk ‘Mengurangi Ancaman Siber dan Membangun Kepercayaan’ di Jakarta, Kamis (27/6/2024).
Ini [serangan siber global] akan menyebabkan kerugian global sebesar $9,5 triliun pada tahun 2024 dan akan mencapai $10,5 triliun pada tahun 2025, kata Nezer.
Selain itu, Nezer mengatakan ada 2.200 serangan siber per hari di seluruh dunia, menurutnya.
“Masalah serangan siber bukan hanya bagaimana sistem kita akan diserang, tapi kapan sistem kita akan diserang,” ujarnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel