Bisnis.com, JAKARTA – Potensi keuntungan masih ada pada penjualan emas yang dibeli awal Januari 2024.

Berdasarkan data laman resmi logammulia.com, harga penarikan emas 24 karat ukuran 1 gram pada Rabu (26/6/2024) adalah Rp 1.235.000. Level tersebut turun Rp7.000 dari sesi sebelumnya.

Perlu diketahui bahwa harga Pembelian Kembali Emas Batangan Antham LM mengikuti pergerakan harga global. PMK no. Sesuai 34/PMK.10/2017, penjualan kembali emas batangan dengan nilai nominal di atas 10 juta dikenakan PPh 22 sebesar 1,5 persen bagi pemegang NPWP dan 3 persen bagi non-pemegang NPWP. ) sementara BPH langsung memotong 22 dari total nilai pembelian kembali dalam transaksi pembelian kembali. 

Pembelian kembali emas adalah transaksi penjualan kembali emas dalam bentuk logam mulia, batangan, atau perhiasan. Biasanya harganya lebih rendah dari harga jual saat itu. 

Namun membeli emas bisa menguntungkan jika terdapat selisih yang besar antara harga jual dan harga beli.

Berdasarkan catatan perdagangan, harga Andatin dipatok Rp 1.129.000 per 1 gram cetakan pada 2 Januari 2024. Dengan demikian, ada keuntungan sebesar Rp 106.000 hingga Rabu (26/6/2024).

Emas spot menguat 0,01% menjadi US$2.319,84 pada perdagangan pukul 06.54 WIB Rabu (26/6/2024), menurut data Bloomberg. 

Kemudian, emas Comex untuk kontrak Agustus 2024 juga menguat 0,02% pada US$2.331,30 per troy ounce pada pukul 06.43 WIB. 

Harga emas turun pada Selasa (25/5/2024), dipimpin oleh penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil Treasury, menurut Reuters, mengutip Reuters. Investor menantikan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pada pekan ini untuk mendapatkan informasi kapan Federal Reserve (Fed) akan menurunkan suku bunganya pada tahun ini. 

“Masih banyak permintaan fisik dari bank sentral, pada akhirnya ada permintaan dari Asia, ekspektasi bahwa bank sentral akan menurunkan suku bunga dan investor sangat enggan untuk menjual emas,” jelas ahli strategi komoditas senior TD. Sekuritas, Ryan McKay. 

Sebelumnya, emas batangan mencapai $2,449.89 pada 20 Mei 2024, naik 12% sepanjang tahun ini. Kenaikan ini didukung oleh ekspektasi pengurangan QE oleh The Fed dan kuatnya pembelian oleh bank sentral di tengah ketegangan geopolitik. (Jessica Gabriela)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel