Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Isa Rachmatarwata meminta para menteri/lembaga meningkatkan efisiensi belanja APBN 2025.
Isa mengatakan ada banyak tantangan ke depan pada tahun depan, antara lain fragmentasi ekonomi akibat ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung, terganggunya rantai pasokan bahan baku, tantangan perubahan iklim, dan risiko terkait digitalisasi.
“Kita memang perlu melakukan persiapan yang lebih baik, walaupun kita tetap optimis, kita tetap mengembangkan sikap konservatif dan hati-hati, agar kita tidak berpuas diri,” ujarnya dalam rapat panitia kerja kebijakan belanja pemerintah pusat untuk 2025 di Badan Anggaran DPR RI, Selasa (25/6/2024).
Isa mengatakan belanja pemerintah pusat terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama pascapandemi Covid-19. Peningkatan drastis anggaran belanja pada tahun 2024 juga disebabkan oleh penyelenggaraan pemilu.
“Apalagi pascapandemi ini kita melihat peningkatannya cukup signifikan, walaupun kita berusaha menormalisasinya, namun pada akhirnya kita melihat di banyak titik/ruas tidak bisa kita hindari untuk memberikan perhatian yang cukup. Kalau kita lihat di tahun 2023 , kami mencoba untuk melakukan normalisasi, tetapi pada tahun 2024, karena pemilu dan lainnya, pengeluaran kami akan mengalami peningkatan yang luar biasa.” – jelasnya.
Hal inilah yang menyebabkan belanja pemerintah pusat diharapkan kembali normal pada tahun 2025 agar belanja lebih fokus dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut dia, belanja pemerintah pusat pada tahun 2025 akan fokus pada efisiensi, terutama belanja non-prioritas.
“Kami melihat bahwa meskipun terdapat ruang untuk belanja di luar prioritas nasional, kami harus sangat efisien sehingga kami dapat memastikan bahwa prioritas nasional menjadi pilihan yang lebih besar/bermakna dibandingkan non-prioritas,” katanya.
Lebih lanjut, Isa mengatakan kebijakan keuangan pemerintah pusat pada tahun 2025 tetap diarahkan untuk mendukung transformasi perekonomian.
Selain itu, pemerintah juga akan berupaya mengubah program subsidi dan perlindungan sosial agar lebih tepat sasaran dan berkeadilan.
“Yang terpenting bukan bicara angka atau kuantitasnya, tapi bagaimana kita bisa memberikan subsidi dan perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran dan adil,” ujarnya.
Ia menambahkan, arah belanja pemerintah pusat pada tahun 2025 juga akan diarahkan pada peningkatan kualitas yang diharapkan dapat mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Sebagai informasi, Panitia Kerja Badan Fiskal RI dan pemerintah menyepakati alokasi APBN tahun 2025 yaitu pada kisaran 14,59% hingga 15,18%, dimana belanja pemerintah pusat ditetapkan pada kisaran 10,92%. -11,17%.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel