Bisnis.com, Jakarta – Center for Inclusive Growth Mastercard bekerja sama dengan Mercy Corps Indonesia dan 60 Decibel telah menyiapkan studi bertajuk Small Business Barometer Report. Akibatnya, banyak pelaku usaha mikro dan kecil (UMKM) yang enggan mengajukan kredit karena tingginya suku bunga.

Studi ini dilakukan dengan mewawancarai 835 usaha kecil, yang terbagi rata antara perkotaan dan pedesaan, antara November 2023 hingga Januari 2024.

Survei ini secara khusus menargetkan usaha mikro, yang didefinisikan sebagai usaha dengan satu hingga empat karyawan, dan usaha kecil, yang didefinisikan sebagai usaha dengan lima hingga 19 karyawan.

Sejumlah usaha mikro dan kecil yang disurvei berasal dari sektor makanan dan minuman, fesyen, kerajinan non-furnitur, dan sektor terkait pariwisata.

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi tiga tantangan utama yang menghambat pertumbuhan UMK di Indonesia, yaitu kurangnya literasi digital, kurangnya dukungan struktural, dan terbatasnya akses terhadap kredit.

Sementara itu, hasil survei menunjukkan dua pertiga usaha kecil dan menengah tidak dapat mengakses kredit atau pinjaman dalam 12 bulan terakhir. Faktanya, terdapat 62% UKM yang menyatakan tidak membutuhkan kredit.

Sementara itu, suku bunga yang tinggi (31%), kurangnya agunan (16%) dan kurangnya informasi (15%) menjadi beberapa tantangan dalam memperoleh kredit.

Ada sejumlah UMK yang mendapatkan manfaat dari kredit tersebut. Kemudian kemudahan pengajuan (75%) menjadi alasan terbesar dalam memilih sumber kredit dan pinjaman. 

Untuk Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bapenas Maliki mengatakan studi yang menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi UMK ini dapat menjadi masukan bagi para pengambil kebijakan.

“Laporan ini memberikan perangkat yang diperlukan bagi para pengambil kebijakan untuk melaksanakan program pertumbuhan berkelanjutan usaha mikro dan kecil di Indonesia,” ujarnya saat peluncuran laporan penelitian Small Business Barometer pada Kamis (27/6). . /2024). 

Direktur Eksekutif Mercy Corps Indonesia Ade Soekadis mengatakan temuan penelitian ini memiliki potensi besar untuk memberdayakan usaha kecil di Indonesia.

“Visi ini menjembatani kesenjangan antara pemangku kepentingan dan pemilik usaha kecil dan merupakan alat penting untuk memastikan bahwa UMKM menerima dukungan komprehensif yang mereka butuhkan untuk berkembang,” ujarnya.

Di sisi lain, penyaluran kredit dari perbankan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih sebagian kecil.

Berdasarkan laporan analisis arus uang yang diterbitkan Bank Indonesia (BI), porsi penyaluran kredit UMKM hanya mencapai 18,71% dari total kredit perbankan atau Rp 1.368,2 triliun.

Data tersebut masih jauh dari target yang dicanangkan pemerintah, yakni 30% porsi kredit usaha kecil dan menengah. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki mengatakan, tujuan tersebut sangat sulit dicapai.

Ia beralasan ada kendala yang dirasakan pemerintah untuk meningkatkan porsi kredit kepada usaha kecil dan menengah. Ia mengatakan, selama ini pemerintah, otoritas, dan lembaga jasa keuangan terlalu mengandalkan agunan sebagai jaminan bagi UMKM yang mencari kredit. Akibatnya masih banyak UMKM yang enggan mengakses kredit. 

Pemerintah saat ini menggalakkan kredit usaha kecil dan menengah tanpa agunan. “Di 145 negara credit score digunakan untuk mengakses pembiayaan, agunan bukan lagi aset fisik,” ujarnya di Festival UMKM BNI tahun lalu (8/8/2023).

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel