Bisnis.com, Jakarta – Wakil Ketua Komisi 6 Fraksi PDIP Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI), Aria Bema mengaku kecewa impor beras tahun ini bisa mencapai 5 juta ton.

Menurutnya, saat ini sangat sulit mendatangkan beras dari luar negeri. Sejumlah negara seperti India juga melarang ekspor beras untuk melindungi kebutuhan dalam negeri.

Di sisi lain, perdagangan beras saat ini, kata dia, bersifat antar pemerintah (G2G) dan bukan B2B. Misalnya seperti yang dilakukan Vietnam dan Thailand.

“Sebenarnya kebutuhan kita akan impor pangan, khususnya beras, setiap hari semakin meningkat dari 2 juta ton, 3 juta ton dan akan mencapai 5 juta ton pada tahun 2024, yang mungkin tidak dapat kita penuhi,” kata Aria Bima. sidang komisi. VI bersama PTPN di Perotani, Selasa (25/6/2024).

Sebelumnya, kabar impor beras Indonesia akan meningkat menjadi 5 juta ton pada tahun ini, diumumkan Badan Pangan Nasional (BAPNAS) pada Senin (24/6/2024) dalam rapat pengendalian inflasi daerah.

Sekretaris Utama Bapanas Saru Edhi mengatakan secara neraca pangan, impor beras sepanjang Januari-April 2024 mencapai 1,77 juta ton. Menurut dia, rencana impor beras sebanyak 3,4 juta ton pada Mei hingga Desember 2024 juga telah disepakati dalam rakor tersebut.

“Jadi tahun ini kita impor sekitar 5,18 juta ton,” kata Sir Edhi.

Di sisi lain, dia menjelaskan pemerintah berencana memiliki stok beras sebanyak 9,6 juta ton hingga akhir tahun. Namun, penimbunan akhir tersebut bisa terealisasi jika impor beras sebanyak 5,18 juta ton terealisasi seluruhnya.

Pasalnya, produksi beras terancam menurun pada tahun ini. Ia memperkirakan pada paruh pertama tahun 2024, produksi beras akan mengalami penurunan sekitar 2,4 juta ton.

Saru Edhi mengatakan, “Harus diestimasi dengan impor karena impor tersebut juga bukan barang haram dan sebaiknya dilakukan pada saat produksi dalam negeri menurun.”

Meski demikian, dia menegaskan pengadaan beras impor tetap bergantung pada kondisi panen di dalam negeri. Sementara saat ini persetujuan impor beras Kementerian Perdagangan untuk blog baru 3,6 juta ton.

Ingat, saat panen pasti kita tidak akan impor, jadi kita lihat saja situasinya, ujarnya.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Senin (10/6/2024), Kepala Badan Pangan Nasional (BAPNAS) Arif Prastyo Adi mengatakan, ada risiko kekurangan produksi besar-besaran hingga 5 juta ton pada tahun ini.

Kepala Bapanas Arif Prastiv Adi memimpin proyek pengurangan produksi beras pada semester 2024. Perkiraan tersebut sejalan dengan kekurangan produksi beras periode Januari-Juli 2024 sebesar 2,6 juta ton.

Berbicara kepada komisi, Arif mengatakan: “Dalam diskusi saya dengan Menteri Pertanian, kami memperkirakan 5 juta ton [pengurangan produksi beras]. Melihat grafik dan pola pada semester kedua, Produksi sangat sulit.” IV DPR RI, Senin (10/6/2024).

Dikonfirmasi, Arif masih belum bisa memperkirakan potensi tambahan kuota impor beras pada tahun ini. Sementara itu, pemerintah sebelumnya telah menetapkan impor beras sebesar 3,6 juta ton pada tahun 2024. 

Arif mengatakan, pihaknya masih berupaya memenuhi kekurangan beras dalam negeri. Menurut dia, serangkaian upaya telah dilakukan pemerintah melalui Kementerian Pertanian, seperti peningkatan porsi pupuk bersubsidi, program pompa, dan perluasan areal panen.

Di sisi lain, Arif menegaskan, impor beras tidak semudah yang dibayangkan. Upaya khusus harus dilakukan untuk pengadaan beras dari luar negeri, mulai dari pencarian pasokan, dengan memperhatikan fluktuasi nilai tukar rupee-putih.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel