Bisnis.com, Jakarta – Industri baja dalam negeri berencana meningkatkan produksi komoditas tersebut di tengah perang dagang antara Amerika Serikat dan China. RI berupaya untuk mendapatkan pijakan ekspor baja ke AS ketika negara tersebut membatasi pasokan dari China.

AS telah mengumumkan akan menaikkan tarif terhadap banyak produk yang diimpor dari Tiongkok tahun ini. Beberapa di antaranya adalah kendaraan listrik yang naik dari 25% menjadi 100%, panel surya hingga 50%, baja dan aluminium yang dikenakan pajak dari 7,5% menjadi 25% dari nilai asli produk.

Langkah Amerika membatasi perdagangan dengan China yang kemudian diambil oleh Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) menjadi salah satu pilihan Bisnisindonesia.id, seiring dengan berbagai berita ekonomi dan bisnis yang disajikan secara mendalam dan analitis oleh BisnisIndonesia. id Meja redaksi.

Berikut rangkuman 5 berita teratas Bisnisindonesia.id pilihan redaksi, Sabtu (13/6/2024):

 

Seiring dengan meningkatnya permintaan LNG global, potensi bisnis untuk mengakuisisi terminal semakin menguat

Permintaan global terhadap gas alam cair (LNG) diperkirakan akan tumbuh lebih dari 50% pada tahun 2040, seiring dengan semakin cepatnya transisi dari batu bara ke gas industri di Tiongkok dan banyak negara di Asia Selatan dan Tenggara.

Business Development Manager Gas Ratio PT Perta Arun Fitra Maliki mengatakan peluang LNG di Asia akan meningkat sekitar 47%, namun sekitar 69% pasokan gas di Asia perlu dipenuhi oleh LNG. 

Momen ini akan terwujud ketika gas dari Andaman yang mempunyai simpanan lebih dari 6 BCF masuk ke wilayah Aceh, maka akan terealisasi pipa Sey Mangke ke Dumai dan juga terealisasi pipa Sirban ke Batang.

Namun di saat yang sama, tantangan LNG di Indonesia juga banyak, yaitu Indonesia terletak di banyak pulau sehingga perlu dilakukan integrasi terhadap tantangan tersebut. Salah satu solusi selain gas pipa adalah dengan mengangkut LNG melalui break valve atau tangki.

 

Beruntung RI meningkatkan ekspor baja di tengah ketegangan AS-China

Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) mengecam langkah AS yang membatasi perdagangan dengan China. Industri tersebut bertujuan untuk menggenjot ekspor baja ke Negeri Paman Sam di tengah perang dagang antara dua negara adidaya.

Ketua Umum IISIA Purwono Widodo mengatakan perang dagang AS-Tiongkok menjadi katalis bagi industri besi dan baja untuk memperbaiki kinerja ekspor yang lemah pada tahun lalu, yang disebabkan oleh melemahnya permintaan dan rendahnya harga baja global. 

Senada, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hassan mengatakan perang dagang antara AS dan China merupakan peluang emas bagi industri baja nasional untuk memperluas ekspornya.

Peluang industri baja dalam negeri ini bisa dimanfaatkan untuk membanjiri pasar ekspor seperti Amerika, Kanada, Australia, dan Eropa.

 

Asa Inalum bertujuan untuk meningkatkan produksi aluminium dalam negeri

PT Indonesia Asahan Aluminium menargetkan peningkatan produksi aluminium pada tahun ini untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat di pasar domestik.

Kebutuhan aluminium dalam negeri diperkirakan mencapai 1,2 juta ton per tahun, ujarnya. Namun produk impor masih mendominasi dalam memenuhi permintaan tersebut. Keadaan ini mendorong pertumbuhan produksi email. 

Misalnya, produksi enamel saat ini sekitar 250.000 ton per tahun. Artinya, dengan peningkatan tersebut, perseroan akan memproduksi aluminium batangan, billet, dan paduan aluminium sebanyak 274.140 ton per tahun. 

Oleh karena itu, Inalam masih menunggu selesainya pembangunan smelter grade aluminium Refinery (SGAR) di Mempawa, Kalimantan Barat. Proyek ini diharapkan memulai tahap commissioning pada kuartal ketiga tahun 2024 dan memulai produksi aluminium pada kuartal keempat tahun 2024.

 

Pemerintah menyiapkan peraturan untuk mempercepat hidrogen hijau

Dengan potensi sumber daya energi terbarukan yang melimpah dan posisi strategis sebagai negara kepulauan pada jalur perdagangan internasional, menjadi modal kuat bagi Indonesia untuk mengembangkan hidrogen hijau dan juga berpotensi menjadi hub hidrogen global.

Pengembangan hidrogen di Indonesia saat ini masih dalam tahap penelitian dan proyek percontohan, namun diperkirakan akan meningkat di masa depan setelah tahun 2030. 

Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) sedang menyiapkan peraturan mengenai insentif dan pembebasan pajak yang diperlukan bagi pengembang untuk mempercepat pengembangan hidrogen hijau. negara

Aturan hidrogen juga mencakup standar yang mengatur pembebasan pajak, tunjangan pajak, pajak, dan aturan dasar perdagangan karbon.

 

Fakta Daun Kratom, ‘Obat’ yang Ingin Dioptimalkan Jokowi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin memastikan tata kelola perdagangan ekspor kratom. Menurut dia, hingga saat ini hal tersebut kurang tepat karena dianggap mempunyai efek yang mirip dengan obat-obatan dan masuk dalam kategori tanaman narkotika.

Jokowi meminta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan Kementerian Kesehatan lebih banyak melakukan penelitian terhadap jeroan dan ekstrak daun Kratom, termasuk kandungan zat berbahaya di dalamnya.

Riset tersebut diharapkan selesai pada Agustus 2024. Setelah itu, Jokowi akan mengarahkan Kementerian Perdagangan untuk mengatur sistem perdagangan dan standarisasi kualitas produk untuk meningkatkan ekspor kratom. 

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, kinerja ekspor produk kratom di Indonesia diperkirakan meningkat sebesar 15,92% pada periode 2019-2022. Bahkan, nilai ekspor kratom meningkat 52,04% menjadi $7,33 juta pada Januari-Mei 2023.

Simak Google News dan berita serta artikel lainnya di channel WA