Bisnis.com, Purwakarta – Menteri Perdagangan (Mandag) Zulkifli Hasan mengatakan perang dagang Amerika-China merupakan peluang emas bagi industri baja dalam negeri untuk meningkatkan ekspor.

Zollhas mengatakan industri baja bisa memanfaatkan peluang ini untuk membanjiri pasar ekspor seperti Amerika, Kanada, Australia, dan Eropa.

Sekadar informasi, pada April 2024, Amerika Serikat berencana menaikkan tarif impor baja dan aluminium dari Tiongkok tiga kali lipat jika Beijing terbukti menggunakan praktik anti persaingan.

“Persaingan dagang antara China dan Barat membuat baja China tidak bisa masuk pasar. Saya kira ini peluang emas,” kata Zollhas pada agenda isu ekspor baja lapis PT Tata Metal Lestari, Jumat (21/6/2024).

Stefanos Koeswandi, Wakil Presiden PT Tata Metal Lestari, menambahkan kondisi saat ini merupakan peluang bagi industri baja, termasuk perusahaannya, untuk memperluas ekspor.

Dia menambahkan: “Jadi kita dapat mengatakan bahwa ekspor tersebut beruntung, karena ternyata merupakan pertarungan antara dua raksasa.”

Selain itu, industri baja semakin mendapat manfaat dari sejumlah perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan sejumlah negara, termasuk Australia. Perjanjian ini memungkinkan industri ini mengekspor ke Australia.

Sedangkan pada kuartal I 2023, Stefanos mengungkapkan ekspor baja perseroan meningkat 8,2% atau 3,18 juta ton dibandingkan periode sebelumnya.

Ia mengatakan, semakin besarnya kontribusi ekspor produk baja menunjukkan bahwa industri baja dalam negeri semakin penting bagi perekonomian Indonesia.

Dengan capaian baik tersebut, pihaknya berencana kembali berinvestasi pada tahun 2025 dengan nilai investasi sekitar 1,5 triliun rupiah, di luar tanah dan pembangunan.

Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita dan WA Channel