Bisnis.com, BADUNG- Bali memiliki daya tarik keindahan alam dan budaya otentik yang menjadi daya tarik wisatawan. Konsep pariwisata ramah lingkungan menjadi nilai baru Bali untuk menunjang dirinya.
Pariwisata Bali mulai pulih. Tak kurang dari 5,27 juta wisatawan asing mengunjungi “Pulau Dewata” pada tahun lalu, hampir menyentuh angka sebelum pandemi.
Namun gelombang wisatawan yang seharusnya membawa berkah justru berubah menjadi bencana. Bali harus siap menghadapi tantangan menjaga keindahan, kelestarian lingkungan, dan menjaga keaslian budaya.
Kawasan Ubud dan Kuta menjadi saksi perjalanan baru pariwisata Bali. Pelestarian keaslian alam dan budaya yang telah lama menjadi mantra daya tarik pariwisata harus didorong oleh perubahan-perubahan yang diperlukan untuk melestarikan bumi dan meningkatkan kualitas hidup manusia.
Ubud dikenal sebagai destinasi wisata Bali dengan keindahan alam dan budaya yang eksotik. Namun dengan jalan yang sama dengan Puncak-Bogor, Ubud selalu menghadapi lalu lintas padat dan kemacetan panjang.
Menurut Made Arianta, Kepala Dinas Lalu Lintas Jalan Gianyar, kemacetan tidak bisa dihindari ketika banyak wisatawan yang bepergian. Ia mengatakan, sebagian besar menggunakan berbagai moda transportasi, terutama kendaraan roda empat.
Dampaknya semakin semrawut lalu lintas dan parkir sembarangan bisa mengurangi potensi Ubud.
Belum lagi kerugian yang ditimbulkan oleh kemacetan lalu lintas seperti polusi, emisi karbon yang tinggi bahkan kerugian ekonomi menjadi kekhawatiran para pengambil kebijakan di kawasan Ubud.
“Memang perjalanan ke sini sebaiknya hanya didukung oleh angkutan umum, kendaraan dari luar tidak boleh masuk, ini bisa mengurangi emisi dan mengurangi kemacetan. “Jadi bisa dilakukan dengan angkutan umum listrik,” ujarnya.
Namun, rencana besar seperti itu pun cukup sulit untuk dilaksanakan. Diakui Made, sulitnya menerapkan kebijakan tersebut karena keterbatasan infrastruktur dan modal.
Permasalahan Ubud ini juga ditangkap oleh Toyota Mobility Foundation atau TMF. Organisasi nirlaba Toyota Group ini mempunyai visi untuk mendukung sistem mobilitas yang efisien dan ramah lingkungan.
Sejak September tahun lalu, TMF telah memulai program Sustainable Mobility Real Transformation (SMART) @Ubud. Program yang juga diterapkan di Thailand, Vietnam, Amerika Serikat dan beberapa negara di Afrika ini telah diterapkan untuk menginkubasi solusi transportasi di Ubud.
Prash Ganesh, CEO TMF, mengatakan program global Toyota Group bertujuan untuk mempercepat dekarbonisasi melalui sistem mobilitas ramah lingkungan. Program TMF ini mengandalkan digitalisasi, pengelolaan data, dan elektrifikasi.
Di Ubud, program ini berperan dalam memperkuat sistem transportasi umum yang ada, termasuk pengenalan mobil listrik. Mobil berjumlah 10 buah, masing-masing 5 tipe BEV dan HEV.
TMF membangun basis digital untuk sistem transportasi Ubud menggunakan mobil BEV dan HEV. Program ini memberikan kemampuan konsolidasi jalur operasional Trans Dewata, melalui teknologi layar pengawasan sehingga pengguna dapat memantau pergerakan armada secara langsung.
Dengan sistem digital ini, terjadi optimalisasi pelayanan sehingga penumpang semakin nyaman karena yakin dengan waktu.
Selain itu, TMF juga berencana menyediakan layanan mode kendaraan listrik on-demand melalui aplikasi. Tak hanya itu, mobilitas pun lebih hemat karena mengandalkan GPS real-time untuk menghindari kemacetan.
Terakhir, program yang dilaksanakan oleh TMF juga membawa hasil yang signifikan dalam upaya penurunan emisi. Perlu dicatat bahwa selama program berlangsung, emisi berkurang secara signifikan dibandingkan dengan penggunaan kendaraan konvensional, sehingga menarik sekitar 20.000 pengguna dengan tanggapan positif.
Nandi Juliyanto, Presiden Direktur Toyota Motor menyimpulkan: “Toyota, sebagai sebuah produk, menerapkan strategi multi-cabang. Secara global, untuk mengurangi emisi, kami meluncurkan strategi mobilitas. Karena pengurangan emisi karbon bukan hanya sebuah produk tetapi sebuah konsep yang komprehensif .” Manufaktur Indonesia (TMMIN) INNOVA EV mendukung pariwisata ramah lingkungan
Di sisi lain, pariwisata Bali secara umum menghadapi tantangan dalam penerapan ekonomi berkelanjutan, salah satunya adalah pengurangan emisi karbon.
Demikian disampaikan Kepala Bagian Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Dinas Pariwisata Bali, AA. Istri Vera Laksmi Dewi, kebutuhan wisata hijau semakin meningkat.
Menurutnya, industri pariwisata Bali harus merespons tren terkait permasalahan tersebut. “Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Bali, namun banyak pelaku industri khususnya perhotelan yang mulai menerapkan pariwisata ramah lingkungan, tidak hanya sebagai atraksi tetapi juga sebagai komitmen,” ujarnya.
Salah satu jaringan hotel yang telah merealisasikan komitmen tersebut adalah The Stones Hotel Legian.
Franklyn Julius Kocek, General Manager The Stones Hotel, mengatakan jaringan hotel di Marriot International terus memiliki program untuk mengurangi beban polusi bumi.
Setelah berhasil memasang 99 panel surya yang kini digunakan untuk memanaskan air, Stones Hotel bermitra dengan Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) untuk mengoperasikan peralatan elektrifikasi tersebut.
The Stones menggunakan mobil Toyota seperti Prius PHEV dan Yaris Cross Hybrid. Bahkan kendaraan listrik lokal TMMIN, Innova EV yang ikonik, telah digunakan sebagai armada shuttle.
Kendaraan listrik Toyota Innova EV, Yaris Cross Hybrid dan Prius PHEV dipamerkan di The Stones Hotel Legian, Bali/Toyota
Unit Innova EV ini masih menjadi bahan riset TMMIN. Sebelumnya, TMMIN memperkenalkan model Innova EV penyempurnaan sebagai model mobil yang “terlahir kembali” di ajang IIMS 2022.
“Kehadiran lini kendaraan listrik Toyota ini membantu kami mencapai tujuan pengurangan emisi karbon,” kata Franklyn.
Sebaliknya, Direktur TMMIN Nandi Julianto mengatakan, Innova EV hanya diproduksi sebanyak 5 unit dan saat ini sedang dalam tahap penyelesaian. “Dengan adanya kegiatan ini, kami mendapatkan banyak data dan informasi untuk perbaikan, tidak hanya produknya tetapi juga model bisnisnya ke depan,” ujarnya.
Sebagai catatan, penggunaan Innova EV dan model mobil listrik Toyota lainnya The Stones disebut-sebut telah mencapai rekor luar biasa dalam pengurangan emisi dan penghematan energi. Catatannya, operasi ini mampu mengurangi emisi hingga 740.000 gram Co2 jika dibandingkan dengan kendaraan bermesin bensin.
Jumlah tersebut setara dengan kapasitas penyerapan karbon sebanyak 73 pohon per tahun. Dari segi biaya operasional, penggunaan mode listrik dapat mengurangi biaya energi hingga 50%.
“Kami akan melakukan program dua tahun untuk mendapatkan banyak perbaikan materi,” pungkas Nandi.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan Saluran WA