Bisnis.com, Jakarta – Wacana penerapan kecerdasan buatan (AI) pada layanan publik menghadapi banyak tantangan. Namun AI diyakini menawarkan banyak manfaat dan peluang.
Penggunaan AI juga diklaim dapat meningkatkan efisiensi dan kinerja produksi, jelas Lukas, Presiden Asosiasi Kecerdasan Buatan Indonesia.
“Bahkan, kita bisa melihat di masa depan bahwa kecerdasan buatan akan membantu pemerintah dalam berbagai hal, baik dalam manajemen okupansi maupun cara melayani masyarakat,” ujarnya dalam agenda Forum Transformasi Digital Sektor Publik di Hotel Pullman. Hotel. Jakarta, Kamis (20/6/2024)
Selain itu, penerapan AI pada layanan publik juga dapat mendeteksi angka anomali, memberikan layanan lebih cepat, dan menekan biaya operasional.
Namun rangkaian peluang tersebut juga disertai dengan tantangan yang harus dihadapi. Pertama, tentang privasi dan keamanan data. Pasalnya penerapan AI memerlukan pengumpulan data dalam jumlah besar sehingga hal ini patut menjadi perhatian pemerintah.
Kedua, ketimpangan akses Internet di kalangan masyarakat Indonesia akan menimbulkan kesenjangan teknologi. Ketiga, besarnya biaya dan waktu pengembangan AI akan meningkatkan kompleksitas implementasi.
Tantangan keempat adalah penerapan AI dalam pelayanan publik akan menimbulkan bias, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan diskriminasi pada kelompok tertentu.
Tantangan terakhir adalah kemampuan dan literasi masyarakat masih rendah. Oleh karena itu, pemerintah harus terlebih dahulu memastikan masyarakat bisa berimigrasi.
“Kita harus melihat masyarakat Indonesia tersebar di wilayah yang luas, ribuan pulau, jutaan jiwa. Jadi kita harus memikirkan masyarakat yang belum atau belum bisa masuk [digitalisasi],” ujarnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel