Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok tajam pada perdagangan sesi I Jumat (14/6/2024) seiring anjloknya saham-saham berkapitalisasi besar seperti bank jumbo BBCA, BBRI, BMRI, BBNI . Sebaliknya, saham Asia masih dalam tren turun.
IHSG melemah 0,99% atau 67,38 poin menjadi 6.764.17 pada sesi I. Pada sesi I, indeks bergerak pada kisaran 6.763-6.840.
Pada peringkat saham-saham besar, BBRI turun 2,09%, BMRI turun 1,70%, TLKM turun 2,46%, BBCA turun 0,54%, BBNI turun 2,68%, GOTO turun 1,92%, dan BRPT turun 1,02%. Sedangkan saham-saham utama yang menguat antara lain AMMN 2,96%, ASII 0,45%, dan UNVR 3,59%.
Selain IHSG, sebagian besar bursa Asia berada di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,72%, Indeks Strait Times Singapura turun 0,46%, dan Indeks Komposit Shanghai turun 0,46%.
Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan ekspatriat saat ini mencatatkan penjualan bersih yang terus menerus sehingga menyulitkan IHSG untuk menguat signifikan dalam waktu dekat. Sentimen pasar regional, yaitu data CPI AS yang lebih rendah, tidak mampu mendukung pergerakan kembali IHSG.
“Harus diakui bahwa arah pasar saat ini adalah dari Amerika Serikat, terutama terkait dengan kebijakan moneter The Fed yang masih diriwayatkan dengan kuat. Sebaliknya, pasar saham Indonesia seolah kehilangan daya tariknya di mata asing, meragukannya. toleransi anggaran Indonesia,” kata Liza kepada Bisnis, Kamis (13/6/2024).
Liza menjelaskan, skeptisisme investor asing terhadap ketahanan fiskal Indonesia terkait dengan penerimaan paket makan siang dan susu gratis dari presiden terpilih Prabowo. Setelah itu, susunan kabinet dan peta jalan rencana kerja pemerintah akan menjadi fokus para pemasar, terutama menyusul siapa yang akan menjadi menteri keuangan di Indonesia selanjutnya.
Di sisi lain, IHSG lebih mendapat tekanan dari dalam negeri yakni kebijakan FCA atau full call Auction. Liza mengatakan IHSG menghadapi kendala FCA yang menimpa saham-saham indeks investasi besar seperti PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN).
Sebab, pasar mengkhawatirkan masalah likuiditas pada saham BREN. Maka tak heran, kata Liza, belakangan ini pergerakannya banyak berubah dan IHSG seperti roller coaster.
“Pada saat yang sama, pada sektor lain yang lebih stabil, seperti keuangan atau saham-saham blue chip lainnya, tidak ada katalis yang dapat menopang IHSG,” ujarnya.
Secara teknikal, Liza mengaku masih belum yakin IHSG mendapat support pada posisinya saat ini meski potensi pelemahannya terbatas pada zona 6.800-6.750 akibat indikator divergensi positif RSI.
Artinya, meski akhir-akhir ini IHSG terus melemah, tampaknya daya beli mulai meningkat, lanjutnya.
Dihubungi terpisah, Tokoh Komunitas Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus mengatakan penurunan suku bunga The Fed saat ini kemungkinan akan lebih rendah dari perkiraan. Pasalnya, pasar semula memperkirakan akan turun 3 kali lipat pada tahun ini menjadi satu kali.
Jadi dengan adanya penurunan 1x lipat dan pendapat Jerome Powell yang perlu konfirmasi lebih lanjut untuk menurunkan suku bunga, ini menjadi pertimbangan pasar, kata Angga kepada Bisnis.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel