Bisnis.com, Jakarta — Pergerakan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) menghadapi tekanan jual dari investor asing pada pekan lalu.

Berdasarkan data bisnis RTI yang dikutip, Minggu (6/9/2024), investor asing mencatatkan penjualan bersih saham BRIS senilai Rp 51,33 miliar pada pekan lalu. 

Kendati demikian, investor asing mencatat masih membeli saham BRIS untuk periode berjalan tahun ini. Tercatat pembelian bersih atau net buy pada awal tahun 2024 mencapai Rp 938,02 miliar.

Sementara itu, pergerakan harga saham BRIS masih menunjukkan return positif untuk periode berjalan 2024. Mahar per saham menguat 25,29 persen menjadi Rp 2.180 sepanjang tahun 2024 hingga Jumat (06/07/2024).

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta sebelumnya berspekulasi, koreksi harga saham BRIS tidak dipengaruhi oleh keputusan PP Muhammadiyah menarik dananya dari BSI, namun secara teknis tanda BRIS di grafik saham harian fase Anda sudah berakhir.

Oke, jadi sebenarnya harga saham BRIS [turun] karena dinilai [mencerminkan ekspektasi investor] saat BRIS sudah overbought, [mungkin ada] investor yang sudah mulai mengambil untung,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (7/6/2021). 2024).

Lebih lanjut mereka menilai penarikan dana Muhammadiyah tidak berdampak signifikan terhadap DPK BSI secara keseluruhan sehingga posisi likuiditas BSI masih bisa terjaga.

“Masih belum terlalu besar [penarikan dananya]. Jadi BSI masih bisa mengalihkan dananya dari DPK untuk ekspansi modal, ekspansi kredit untuk meningkatkan efisiensi.”

Ia juga mengatakan, selain kebijakan suku bunga The Fed, dinamika proyeksi perekonomian The Fed secara keseluruhan, termasuk kebijakan moneter The Fed ke depan, juga penting.

“Sebenarnya masih ada harapan penurunan suku bunga [BI rate] tahun ini karena penyesuaian BI. Mudah-mudahan berdampak positif pada likuiditas perbankan,” kata Nafan.

Berdasarkan data Terminal Bloomberg, terdapat 16 efek yang direkomendasikan saham BRIS. Kebanyakan masih tertarik mengoleksi saham BRIS. 

Sebanyak 14 efek mendapat rekomendasi beli saham BRIS, sedangkan hanya dua yang mendapat rekomendasi hold.

Bahkan, mengutip riset MNC Sekuritas, pihaknya juga merekomendasikan agar sektor perbankan lebih diberi bobot di tengah kenaikan suku bunga acuan dan kenaikan biaya kredit.

“Kami ingin BBCA dan BRIS mendapatkan manfaat dari prospek pertumbuhan yang kuat, peningkatan kualitas aset, dan margin bunga bersih (NIM) yang stabil,” tulis analis Victoria Viney. Sedangkan BRIS disarankan membeli dengan target harga Rp 3.000. 

Dengan demikian, kinerja keuangan BSI tercatat stabil dengan total aset sebesar Rp350,67 triliun per April 2024, tumbuh 11,94% year-on-year. Disusul posisi dana pihak ketiga yang meningkat 9,41% menjadi Rp293,2 triliun. Ya. Pendanaan BSI juga mencapai Rp 251,58 triliun, naik 17,94% year-on-year.

“Jadi pendanaan terhadap deposito (FDR) perseroan sebesar 85,72%, jadi wajar saja,” kata Sekretaris Perusahaan BSI Visnu Sunander dalam keterangan tertulisnya, Jumat (6/7/2024).

Pemerintah Pusat Muhammadiyah memutuskan menarik dananya dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI kepada bank lain. Lantas bagaimana prospek dan target harga saham BSI (BRIS)?

Seperti diketahui, keputusan pengalihan dana tersebut tertuang dalam surat pimpinan pusat Muhammadiyah tentang stabilitas keuangan di lingkungan Usaha Amal Muhammadiyah (AUM). 

Surat tertanggal 30 Mei 2024 tersebut meminta bank syariah lain seperti Bank Shami Bukopane, Bank Mega Syariah, Bank Maamalat dan lainnya untuk merasionalisasi dana dan dana yang disimpan di BSI.

Harap diperhatikan: Laporan ini tidak dimaksudkan untuk mempromosikan pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel