Bisnis.com, Jakarta — Emiten infrastruktur telekomunikasi PT Mora Telematics Indonesia Tbk. (Kemenag) atau Moratelindo meyakini kehadiran satelit orbit rendah Starlink tidak akan mengganggu pasar layanan Internet berbasis fiber di Indonesia, apalagi kehadiran Starlink justru berpotensi mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.

Resi Y adalah Chief Strategic Business Officer Moratelindo. Bramani mengatakan Starlink merupakan produk pengganti fiber optik di wilayah terpencil di Indonesia. Dengan demikian, kehadirannya tidak akan mengganggu layanan fiber optik di masa depan.

“Kami tidak melihat Starlink bisa menggantikan teknologi fiber optic. Apalagi Starlink masih sangat mahal dibandingkan harga jaringan fiber optic,” ujarnya saat paparan publik di Jakarta, Kamis (13/06/2024).

Di sisi lain, Kemenag melihat peluang dengan kehadiran Starlink di Indonesia. Reggie yakin perusahaan kecerdasan buatan (AI) akan menjamur di masa depan, sehingga diperlukan pusat data.

“Peluang ini menjadi dorongan yang baik karena kami memiliki jalan raya dengan kapasitas yang sangat besar. Kami akan melakukan inovasi dalam pengembangan produk dan meningkatkan layanan internet seiring dengan masuknya Starlink di Indonesia,” ujarnya.

Ressi mengatakan, pihaknya terus mendorong pemerintah untuk memastikan perlakuan setara antara Starlink dan ISP di Tanah Air.

Senada, Jimmy Kadir, Direktur Utama Moratelindo, berpendapat fiber masih menjadi yang tercepat di industri layanan internet, meski harus diakui layanannya tidak menjangkau daerah terpencil.

Oleh karena itu, kehadiran Starlink menjadi pelengkap untuk memenuhi kebutuhan Internet di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T). Munculnya Starlink membuat persaingan di industri layanan Internet semakin kompetitif.

“Persaingan yang ada saat ini semakin baik, sehingga kami bisa lebih bersaing secara sehat dan memberikan kualitas yang lebih baik kepada pelanggan,” kata Jimmy.

Begitu pula dengan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel pun meyakini kehadiran layanan internet Starlink Elon Musk di Indonesia akan sangat menguntungkan bisnis perusahaan.

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan masuknya Starlink ke Indonesia dijadikan feedback oleh emiten bersandi saham MTEL itu.

Backhaul merupakan infrastruktur telekomunikasi yang mempercepat akses komunikasi manusia. Artinya tanpa jaringan transit atau distribusi, orang-orang di lokasi tersebut tidak dapat mengakses Internet. 

Pria yang akrab disapa Teddy ini melihat kehadiran Starlink sebagai peluang bagi perusahaan. Pasalnya Mitratel bekerja sama dengan Starlink melalui PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat).

“Kami adalah pihak yang paling diuntungkan dari Starlink. Stralink ini merupakan layanan yang ideal untuk digunakan sebagai backlink, kata Teddy pada public expo Mitratel di Jakarta, Jumat (31/05/2024).

Teddy menjelaskan feedback ini digunakan untuk mengaktifkan Base Transceiver Station (BTS) yang mengalami kesulitan koneksi ground.

Menurutnya, hal tersebut bisa diatasi dengan menggunakan satelit Starlink berbasis LEO.

“Jadi kami melihatnya [Starlink] sebagai peluang,” ujarnya.

Chief Investment Officer Mithratel Hendra Purnama mengatakan pihaknya berupaya menjadi kendaraan Starlink untuk menjangkau daerah-daerah terpencil.

Hendra sepakat Mitratel bisa membangun tower di pedesaan agar penetrasi internet semakin mudah dan cepat karena Starlink merupakan penyedia backhaul.

Selain itu, Hendra menilai lebih hemat biaya.

“Berkat Starlink, biaya ditanggung bersama antara masyarakat yang menggunakan ponsel. Jadi masyarakat tidak harus langsung membeli satelit dan berlangganan Starlink, tapi menggunakan ponsel biasa yang menggunakan ARPU [pendapatan rata-rata per unit],” imbuhnya.

Sementara itu, CEO PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) Ririk Adriancia mengatakan ketersediaan layanan Starlink akan memenuhi kebutuhan Internet Indonesia.

Ririk mengatakan Starlink memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan fiber optik Telkom.

Layanan Internet serat optik membawa lebih banyak kilobit per detik, atau kbps, dibandingkan layanan nirkabel atau satelit.

Namun, layanan ini memiliki jangkauan terbatas di daerah berpenduduk jarang. Proses pengoperasian kabel optik mahal dan skala ekonominya kecil. Untuk itu, layanan Starlink dinilai lebih cocok untuk daerah tertinggal, terdepan, dan terpencil (3T).  

“Misalnya untuk daerah pedesaan 3T, [layanan] satelit menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan layanan nirkabel atau fiber,” ujarnya dalam konferensi pers Digiland Run 2024 di Jakarta, Senin (10/06/2024).

Seperti diketahui, Starlink, layanan internet SpaceX, resmi hadir di Indonesia pada Mei 2024.

SpaceX telah mengajukan izin Very Small Aperture Terminal (VSAT) dan Internet Service Provider (ISP).

Aju Vidya Sari, Direktur Telekomunikasi Direktorat Jenderal Pos dan Informatika (DJPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, mengatakan Starlink telah disetujui dan diizinkan berbisnis di Indonesia.

Menurutnya, jika pengelola mendapat izin, perusahaan berhak menjalankan usahanya di Indonesia sepanjang tidak melanggar peraturan yang berlaku di Indonesia. 

“Starlink tidak ada pembekuan izin kerja, mereka sudah mendapat izin, boleh berusaha, memenuhi persyaratan izin,” kata Aju baru-baru ini.

__________

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan cerita lainnya di Google Berita dan Saluran WA