Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai 2 berkapasitas 55 megawatt (MW) bisa commissioning pada akhir tahun ini.

Pada saat yang sama, PGEO telah menyepakati tarif perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) untuk proyek tersebut dengan PT PLN (Persero) sebesar USD 7,53 per kilowatt (kWh). Kontrak tersebut ditandatangani antara kedua perusahaan pada tahun 2011.

Julfi Khodi, Presiden PGEO, mengatakan persetujuan tarif tersebut akan mendongkrak upaya perseroan meningkatkan kapasitas terpasang pembangkit listrik menjadi 1 gigawatt (GW) dalam 2 tahun ke depan dengan melanjutkan produksi di beberapa lapangan yang ada.

Julfi Lumut menilai kesepakatan tarif jual beli listrik dari Proyek Pembangunan Balai berlangsung kompetitif.

“Hanya dengan ini PGE bisa berkembang pesat, tapi dengan adanya IPP [independent power producer] yang baru pasti berbeda, tentu kita harus kompetitif,” kata Julfi, Jakarta, Rabu (8/5/2024) pers. konferensi. .

Menurut dia, proyek perluasan PLTP Lumut Balai 2 berjalan sesuai jadwal yang ditetapkan perseroan mencapai 1 GW dalam 2 tahun terakhir.

Selain itu, kata dia, saat ini PGEO menerima pinjaman lunak dan keringanan pajak lainnya dari produsen panas bumi swasta lainnya.

“Ada pinjaman lunak untuk proyek PGE, kami punya izin lama untuk rezim perpajakan yang berbeda dengan IPP lama.

Diketahui, proyek PLTP Lumut Balai Unit-2 mendapat pinjaman sebesar 26.966 yen atau 188.618 dolar AS (sekitar 2,83 triliun rupiah) dari Japan International Cooperation Agency (JICA).

Sedangkan PLTP Lumut Balai Blok 1 dan 2 membutuhkan investasi sekitar USD 700 juta atau setara Rp 10,5 triliun.

55MW dari unit 2 ini akan menambah total kapasitas terpasang PGEO, menyusul sebelumnya 55MW dari proyek PLTP Lumut Balai 1 yang mulai beroperasi pada 2019.

Proyek ini akan semakin memperkuat posisi PGEO sebagai salah satu pemain terbesar dalam pengembangan panas bumi Indonesia dengan kapasitas masa depan sebesar 727 MW.

Pinjaman lunak tersebut merupakan kelanjutan perjanjian kerja sama Engineering, Procurement, Construction and Operation (EPCC) dengan Mitsubishi Corporation, Konsorsium PT Wijaya untuk pembangunan sistem pengumpulan dan reinjeksi cairan Sumsel dan PLTP Lumut Balai Unit 2. Karya (Persero) Tbk. dan SEPCO III Electric Power Construction Co. Ltd pada acara B20 Indonesia Net Zero Summit 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) Jumat (11/11/2022) lalu.

Fasilitas ini akan beroperasi selama lebih dari 30 tahun dan akan dioperasikan serta dipelihara oleh PGE. Listrik yang dihasilkan dari energi bersih, terbarukan, dan ramah lingkungan disalurkan oleh PT PLN (Persero) dan berpotensi menambah pasokan listrik bagi sekitar 55.000 rumah tangga di Sumatera Selatan.

PGEO saat ini mengoperasikan 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (GWP) dengan kapasitas terpasang lebih dari 1,8 GW. Sebanyak 672 MW akan dikelola langsung oleh PGEO dan 1.205 MW akan dikelola dengan skenario perjanjian kerja sama operasi.

Kapasitas terpasang panas bumi di lapangan PGEO menyumbang 82% dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia dan berpotensi menurunkan emisi CO2 sebesar 9,7 juta ton CO2 per tahun.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel