Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) menyambut baik penetapan kuota PLTS atau pembangkit listrik tenaga surya atap tahun 2024-2028.
Besarannya ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Nomor 279.K/TL.03/DJL.2/2024 tentang Besaran PLN untuk Pengembangan Sistem PLTS Atap Tahun 2024-2028.
Presiden AESI Jenderal Mada Ayu Habsari mengatakan pihaknya menyambut baik besarnya kuota PLTS Atap tersebut karena potensinya cukup besar untuk pesatnya perkembangan PLTS Atap.
“Saat ini jumlah kontingen menjadi kabar baik bagi kami para pelaku PLTS karena pesanan gigawatt sudah diterima,” kata Mada saat dihubungi, Selasa (4 April 2024).
Mada mengatakan, keuntungan dari penetapan batasan ini adalah rumah tangga dapat mempersiapkan rencananya dengan mudah. Pihaknya juga berharap ketentuan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai jadwal yang telah disepakati.
“Selain kemudahan dalam pengolahan data administrasi dan perizinan terkait,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian ESDM resmi menetapkan batas plafon PLTS tahun 2024-2028.
Besarannya ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Nomor 279.K/TL.03/DJL.2/2024 tentang Besaran PLN untuk Pengembangan Sistem PLTS Atap Tahun 2024-2028.
Diktum pertama menyebutkan pemerintah menetapkan plafon PLTS untuk tahun 2024-2028. Ketentuan kuota dibagi dalam 11 klaster wilayah.
Besaran kuota yang ditetapkan meningkat dari tahun ke tahun. Rinciannya, pada tahun 2024 kapasitas maksimal PLTS rooftop ditetapkan sebesar 901 megawatt (MW) dan pada tahun 2025 sebesar 1.004 MW atau 1.004 gigawatt (GW).
Jadi untuk tahun 2026 menjadi 1.065 MW. Tahun 2027 bertambah 1.183 MW dan tahun 2028 bertambah 1.593 MW.
Ketentuan ini menandakan PT PLN (Persero) akan diminta menyiapkan dana untuk pengembangan sistem PLTS atap berdasarkan klaster yang telah ditetapkan.
“PLN wajib menyiapkan dana untuk pembangunan PLTS atap sistem secara klaster terkait dengan besaran PLTS Atap PLN 2024-2028 sebagaimana diatur pada diktum pertama,” kata kami pada diktum kedua.
Selain itu, dalam aturan tersebut diatur bahwa dalam hal tertentu, jika diperlukan, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan dapat memerintahkan PLN mengubah besaran pembangunan PLTS sistem atap sesuai maksud kedua.
“Perusahaan Listrik Negara (Persero) wajib memberitahukan kepada Direktur Jenderal Ketenagalistrikan mengenai adanya perubahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,” bunyi aturan tersebut. Berikut batasan PLTS Atap tahun 2024-2028:
Sumatra
2024: 35 MW2025: 45 MW2026: 60 MW2027: 70 MW2028: 80 MW
Kalimantan Barat2024: 7,1 MW2025: 9,8 MW2026: 16,4 MW2027: 17,2 MW2028: 18,5 MW
Kalimantan Selatan 2024: 22,1 MW 2025: 34,0 MW 2026: 58,7 MW 2027: 62,8 MW 2028: 68,3 MW
Kalimantan Utara2024: 0,8 MW2025: 1,1 MW2026: 1,9 MW2027: 2,0 MW2028: 2,2 MW
Jawa Madura Bali2024: 825 MW2025: 900 MW2026: 910 MW2027: 1010 MW2028: 1400 MW
Sulutgo2024: 0,2 MW2025: 0,4 MW2026: 0,6 MW2027: 0,8 MW2028: 1,0 MW
Sulbagsel2024: 8 MW2025: 10 MW2026: 12 MW2027: 14 MW2028: 16 MW
Maluku dan Maluku Utara 2024: 0,7 MW 2025: 1,0 MW 2026: 1,2 MW 2027: 1,4 MW 2028: 1,7 MW
Papua dan Papua Barat 2024: 0,8 MW 2025: 1,1 MW 2026: 1,3 MW 2027: 1,6 MW 2028: 1,9 MW
Nusa Tenggara Barat 2024: 0,9 MW 2025: 1,2 MW 2026: 1,5 MW 2027: 1,8 MW 2028: 2,2 MW
Nusa Tenggara Timur2024: 0,6 MW2025: 0,7 MW2026: 0,9 MW2027: 1,1 MW2028: 1,3 MW
Catatan Redaksi: Seperti diberitakan, terjadi perubahan pemberitaan mengenai besaran pagu kuota PLTS keseluruhan tahun 2024-2028.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA