Bisnis.com, JAKARTA – Pada Rabu (6 Mei 2024) PT Petrosea Tbk. (PTRO), emiten yang terafiliasi dengan Prajogo Pangestu, mengumpulkan dana sebesar $230 juta atau sekitar Rp 3,74 triliun (kurs Jizdor: Rp 16.282 per dolar AS). menandatangani kontrak jasa penambangan. .

Direktur Petrosea Mines Iman Darus Hikhman mengatakan PTRO telah menandatangani perjanjian jasa pertambangan dengan PT Global Bara Mandiri senilai sekitar $230 juta untuk jangka waktu delapan tahun, yang dapat diperpanjang hingga kontrak penambangan.

Ruang lingkup pekerjaannya meliputi, namun tidak terbatas pada, penggalian tanah lapisan atas, pemindahan batu bara dan pemuatan batu bara di sebuah tambang di Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Kapuas Tengah.

“Penandatanganan term sheet ini merupakan bagian dari ekspansi Petrosea ke Kalimantan Tengah dan memperkuat keberlanjutan perusahaan di masa depan,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (6 Juni 2024). 

Petrosea menyediakan berbagai layanan proyek mulai dari tambang hingga pelabuhan, termasuk layanan kontrak penambangan terbuka, konstruksi sipil dan infrastruktur, layanan manajemen proyek pertambangan, layanan konsultasi studi teknis dan kelayakan, layanan perencanaan dan optimalisasi tambang, serta solusi platform digital Minerva. Semua operasi penambangan dan penambangan batubara.

Seluruh layanan ini disesuaikan dengan kebutuhan setiap proyek dengan menggunakan teknologi mutakhir, yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan produktivitas.

Petrosea juga memiliki kemampuan untuk memantau dan mengendalikan aktivitas operasional di berbagai proyek dengan menggunakan data real-time melalui pusat operasi jarak jauh di kantor pusat perusahaan.

Sementara itu, PTRO mencatatkan penurunan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 94,48% pada kuartal I 2024 menjadi $163.000 atau setara Rp2,58 miliar (dengan kurs Rp15.873). 

Penurunan laba bersih berbanding terbalik dengan peningkatan pendapatan PTRO pada kuartal I 2024. 

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, PTRO mencatatkan rekor peningkatan pendapatan sebesar 21,87% pada kuartal I-2024 sebesar $156,25 juta atau Rp2,48 triliun. Pendapatan ini meningkat dibandingkan $128,2 juta pada kuartal pertama tahun 2023. 

Pendapatan berasal dari penjualan batu bara sebesar $5,74 juta, konstruksi dan teknik sebesar $73,88 juta, pertambangan sebesar $65,37 juta, dan jasa sebesar $10,57 juta. 

Seiring dengan peningkatan pendapatan, biaya pokok juga meningkat menjadi US$140,96 juta (Rp US$2,23 triliun). Biaya ini mencapai $111,48 juta, meningkat 26,43% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Alhasil, total laba justru turun menjadi USD 15,28 juta atau setara Rp 242,66 miliar dibandingkan USD 16,71 juta pada periode yang sama tahun lalu. PTRO mengalami peningkatan biaya pajak final, peningkatan beban keuangan, dan hilangnya pendapatan kotor. 

Setelah akrual, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berkurang menjadi $163.000 atau setara dengan Rs 2,58 miliar. Laba ini turun 94,48% dibandingkan periode yang sama tahun lalu ($2,95 juta). 

Untuk berita dan artikel lainnya, kunjungi saluran Google Berita dan WA kami.