Bisnis.com, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral) mengungkapkan ada badan usaha yang menyatakan minat utama untuk mengoperasikan blok Akimega.
Ariana Somanto, Direktur Pengembangan Hulu Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan kementerian masih menunggu pernyataan formal ketertarikan mengenai kemungkinan pengoperasian blok tersebut.
“Soal kawasan Akimega, sudah ada unit usaha yang sudah menyatakan minat awal, tapi kita tunggu sampai diungkapkan secara resmi,” kata Ariana saat dikonfirmasi, Jumat (24/5/2024).
Seperti diketahui, blok hasil fracking Cekungan Varim ini pernah dilelang pada lelang tahap II dan III tahun lalu. Namun, kedua blok tersebut belum terjual.
Cekungan Warim diperkirakan memiliki potensi sebesar 25,968 juta barel minyak (MMBO) dan 42,27 triliun kaki kubik gas (TCF). Namun, beberapa kawasan tumpang tindih dengan Taman Nasional Lorentz.
Baru-baru ini Kementerian ESDM melelang potongan Cekungan Warim untuk dua WK eksplorasi baru yakni Akimega I dan Akimega II yang terletak di daratan Papua Selatan dan Pegunungan Papua.
Luas konsesi Akimuga I adalah 10.791,21 kilometer persegi dan luas konsesi Akimuga II adalah 12.987,68 kilometer persegi. “Kalau sudah ada presentasi resmi, secepatnya akan dilelang lagi,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Indonesian Petroleum Association (IPA) menilai Indonesia belum cukup kompetitif untuk investasi hulu migas dibandingkan banyak negara di kawasan Asia.
Ketua IPA sekaligus Presiden Petronas Carigali Indonesia Yuzaini Md Yusof mengatakan dalam 5 tahun terakhir, banyak negara yang melakukan reformasi keuangan dan mempermudah investasi dibandingkan Indonesia.
Meski demikian, Eugenie tidak menampik bahwa pemerintah dalam beberapa waktu terakhir telah melakukan perubahan mendasar dalam hal kemudahan dan mendorong investasi di sektor hulu migas dalam negeri.
“Indonesia saat ini menduduki peringkat keempat dalam indeks daya tarik investasi di Asia, dengan banyak negara seperti Bangladesh, Vietnam, Thailand, dan Vietnam yang mengalami kemajuan pesat,” kata Yuzaini pada diskusi panel ’48th IPA Convex’, Selasa. 14/5/2024).
Youzaini mengatakan pemerintah harus kembali duduk bersama dengan Kontraktor Koperasi Sewa (KKK) untuk menciptakan insentif keuangan dan fasilitas investasi yang lebih menarik untuk meningkatkan daya saing di tingkat daerah.
Misalnya, kata dia, akan mempermudah dan mempersingkat proses mendapatkan persetujuan rencana pembangunan atau development plan (POD). Menurut dia, lamanya proses persetujuan POD menyebabkan banyak sektor yang justru bergerak in place atau tertunda.
Di sisi lain, ia menentang usulan fleksibilitas perjanjian kerja sama (KKS) dengan kontraktor di suatu sektor. Ia berharap KKKS diperbolehkan mengelola beberapa properti dalam satu wilayah. Dengan cara ini, biaya operasi dan eksplorasi dapat dikonsolidasikan.
“Saya kira reformasi ini akan merangsang eksplorasi di Indonesia dalam skala yang lebih besar lagi,” ujarnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel