Bisnis.com, Jakarta — Perdagangan saham beberapa hari lalu ramai pada Selasa (30/4/2024) dengan transaksi saham PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) dimiliki oleh James Riyadh dan PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) milik Harry Tanoesoedibjo di pasar negosiasi. Dalam transaksi tersebut, terdapat total nilai transaksi yang setara jumbo antara keduanya yakni Rp 560,18 miliar.

Berdasarkan data D’Origin, nilai transaksi yang dilakukan di pasar negosiasi saham NOBU mencapai Rp745 per saham dengan volume 7,47 juta saham. Alhasil, total nilai transaksi mencapai Rp560,18 miliar.

Sedangkan berdasarkan informasi pasar, transaksi saham BABP mencapai Rp126 per saham di pasar negosiasi dengan volume 44,45 juta saham.

Dengan demikian, total nilai transaksi mencapai Rp 560,18 miliar. Menariknya, harga beli saham BABP cukup tinggi hingga mencapai 100%, mengingat selama sepekan harga saham di pasar reguler tidak melebihi Rp 50 per saham.

Namun hingga berita ini diturunkan, manajemen NOBU dan BABP belum memberikan keterangan. Sementara itu, kesepakatan ini terjadi di tengah proses merger yang sedang berlangsung antara keduanya.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan, NOBU dan BABP saat ini masih berjalan dan masing-masing pemegang saham pengendali (CPS) masih dalam tahap komunikasi terkait aksi korporasi tersebut.

Menurut dia, mengingat kedua entitas tersebut merupakan bagian dari ekosistem konglomerat besar, maka kompleksitas bisnisnya semakin tinggi sehingga negosiasinya memakan waktu lama.

“Dan [berlaku juga] terhadap rencana pengembangan dan sinergi bisnis bank ke depan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (4/4/2024).

OJK akan melakukan pemantauan intensif untuk memastikan kepatuhan terhadap kewajiban merger kedua bank tersebut dan selalu memperhatikan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku.

“Seperti diketahui, proses merger merupakan inisiatif dua bank, dan setelah itu menjadi kewajiban keduanya,” kata Dian.

Informasi merger dua bank milik konglomerat tersebut sudah tersebar sejak awal tahun 2023. Namun pelaksanaan merger tersebut molor dari target penyelesaian Agustus 2023.

Namun, Dian sebelumnya mengatakan merger kedua bank tersebut merupakan break even point atau harga mati dalam konsolidasi perbankan di Tanah Air.

Sementara itu, rencana merger kedua bank juga merupakan bentuk komitmen pemegang saham secara business-to-business (B2B) untuk mendukung konsolidasi dan penguatan industri perbankan.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel