Bisnis.com, Jakarta- Tak hanya Uni Eropa, Australia dikabarkan akan segera menerapkan kebijakan carbon border adjustment (CBAM) atau mengenakan tarif terhadap barang impor dengan emisi karbon tinggi.
Sedangkan CBAM yang dilaksanakan Uni Eropa akan mulai berlaku pada tahun 2026 dan fokus pada 6 komoditas yaitu semen, besi dan baja, alumunium, pupuk, hidrogen, dan listrik sebagai salah satu langkah dekarbonisasi Eropa.
Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Lilik Ungul Raharjo mengatakan penerapan CBAM akan diterapkan kepada importir melalui sistem sertifikasi. Kebijakan tersebut akan memicu kenaikan biaya jika produk yang diekspor ke Eropa tidak memenuhi standar emisi benua tersebut.
“Saat ini pabrik semen kita belum ada yang mengekspor ke Eropa, tapi begitu diterapkan oleh Eropa, biasanya Australia dan negara lain akan menerapkannya dan itu menjadi perhatian kami,” kata Lilik seperti dikutip Selasa (4/6). / 2024).
Sementara Australia merupakan salah satu tujuan ekspor semen Indonesia, bersama Bangladesh dan China. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor semen Australia pada kuartal I 2024 mencapai 18,17 juta dolar AS, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 16,80 juta dolar AS.
Namun belakangan, Lilik mendapat informasi dari Australia akan menerapkan kebijakan pembatasan karbon serupa dengan kebijakan CBAM terhadap produk impor.
Penerapan peraturan ini dimaksudkan untuk mengurangi beban kebocoran karbon yang biasanya terjadi ketika industri memindahkan produksi yang menghasilkan polusi ke negara lain dengan kebijakan iklim yang tidak terlalu ketat.
“Kebijakan Australia itu namanya kebocoran karbon, jadi jangan sampai ekspor kita melebihi standar [karbon],” ujarnya.
Selain itu, Lilik merupakan pejuang dalam menerapkan kebijakan serupa di negara lain, termasuk Amerika. Pasalnya, produsen semen Indonesia berencana memperluas pasar ekspornya di kawasan tersebut pada awal tahun 2025.
“Mereka masih belum mengetahui mekanisme seperti CBAM atau standar CO2 saja yang harus membayar selisihnya jika tinggi, bukan hanya Amerika yang harus kita persiapkan,” ujarnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel