Bisnis.com, JAKARTA – Memasuki musim panen, harga beras mulai melonjak tajam di banyak daerah.

Sarvo Edhi, Sekretaris Pertama Bapanas, mengatakan banyak daerah mengalami kenaikan harga beras kualitas tinggi dan medium secara signifikan. Berdasarkan hasil pantauan yang dilakukan 960 akuntan yang tersebar di berbagai wilayah, pada 2 Juni 2024, harga beras premium di Zona 3 mengalami kenaikan sebesar 14,25 persen di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Zona 3 meliputi Maluku dan Papua.

Kemudian pertumbuhan beras medium di Zona 3 mencapai 14,08% dari HET, kata Edhy dalam rapat pengendalian inflasi daerah, Selasa (4/6/2024).

Selain itu, Edhi mencontohkan adanya kenaikan harga beras medium dan high grade di Zona 2 yang meliputi Sumut, Sumbar, NTT, Bengkulu, Riau, Kepri, Jambi, Bangka Belitung, dan Kalimantan. Menurut dia, harga beras premium di zona 2 mengalami kenaikan sebesar 6,15% dari HET. Demikian pula rata-rata harga beras di zona ini juga mengalami kenaikan sebesar 7,96% pada HET.

Sedangkan relaksasi HET beras diperpanjang mulai 1 Juni 2024 dijadikan acuan, yakni Rp15.400 per kilogram beras kualitas tinggi dan Rp13.100 per kilogram beras medium di Zona 2. Sedangkan di Zona 3, HET beras kualitas tinggi sebesar Rp15.800 per kilo dan beras medium sebesar Rp13.500 per kilo.

“Ini memerlukan intervensi segera untuk mengembalikan harga ke normal,” katanya.

Menurut Edhy, pihaknya Perum Bulog menegaskan agar SPHP beras yang ada di pasaran segera dicuci untuk mengintervensi kenaikan harga beras di zona 2 dan 3.

Berdasarkan data Perum Bulog yang dihimpun Bapanas, sejak Januari 2024 hingga 31 Mei 2024, penyaluran beras SPHP mencapai 738.148 ton, dengan wilayah penyaluran terbesar di Jakarta-Banten, Maluku, serta Maluku Utara dan Bengkulu.

Sementara itu, sejak pekan terakhir Mei 2024 hingga awal Juni 2024, sudah ada 29 provinsi dan 81 kabupaten kota yang menyalurkan dan penertiban beras SPHP.

Namun menurut Edhy, ada tujuh Kanwil Bulog yang mencatat realisasi SPHP beras masih di bawah 50% yaitu Riau, NTT, Papua, Papua Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan NTB.

“Kami meminta pimpinan daerah di Bulog untuk segera menyalurkan [SPHP beras],” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih mengumumkan panen padi telah berakhir. Sementara itu, petani sedang memasuki musim panen kedua yang diperkirakan tidak akan sebesar musim panen utama. Situasi ini menyebabkan harga gandum tinggi. 

“Yang harus diingat, panen raya sudah selesai, kami kira harga gabah tidak akan turun lagi,” kata Henry saat diwawancara, Senin (3/5/2024).

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel