Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar petani atau NTP Mei 2024 ditetapkan sebesar 116,71 atau turun 0,06% dibandingkan bulan sebelumnya (141,78).

Sementara itu, NTP merupakan indikator yang memungkinkan untuk melihat tingkat kapasitas atau daya beli petani di pedesaan.

Wakil Gubernur Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Vidyasanthi mengatakan penurunan NTP pada bulan ini terjadi karena harga yang diterima petani (IT) turun 0,16% menjadi 141,55. Penurunan tersebut lebih dalam dibandingkan penurunan indeks harga pertanian (Ib) sebesar 0,10% yang sebesar 121,28.

“Produk utama penyumbang penurunan harga yang diterima petani adalah biji kelapa, jagung, jagung, dan cabai rawit,” kata Amalia dalam rilis BPS, Senin (6/3/2024).

Selain itu, menurutnya, pertumbuhan NTP terbesar terjadi pada subbagian hotikoisho. BPS menyebutkan NPT di wilayah ini meningkat sebesar 1,26% karena harga yang diterima petani meningkat 1,13%, sedangkan harga yang dibayarkan petani turun 0,14%.

Selama ini komoditas yang paling mempengaruhi harga di tingkat petani adalah kubis, bawang merah, petai, dan bawang merah.

Sementara itu, penurunan NPT terbesar terjadi pada sektor tanaman pangan yang turun sebesar 0,86%. Penurunan tersebut menyebabkan harga yang diterima petani turun sebesar 0,99% atau lebih besar dibandingkan harga yang dibayarkan petani yang tercatat sebesar 0,13%.

Komoditas yang paling terkena dampak penurunan harga yang diterima petani adalah jagung, jagung dan palawija.

Sebaliknya, Harga Transaksi Pertanian (NTUP) Mei 2024 ditetapkan sebesar 119,92. Indikator ini mengalami penurunan sebesar 0,27% dibandingkan April 2024 (120,25).

“Penurunan NTUP terjadi karena harga yang diterima petani turun 0,16%, sedangkan harga produksi dan barang kebutuhan pokok [BPPBM] naik 0,11%,” ujarnya. 

Secara khusus, komoditas yang menjadi pengendali kenaikan BPPBM adalah pakan ternak, benih bawang merah, benih sapi, dan biaya produksi tanaman.

Sedangkan kenaikan NTUP terbesar terjadi pada sektor tanaman pangan yang tumbuh sebesar 0,96%, sedangkan penurunan terparah terjadi pada sektor tanaman pangan yang mencatat penurunan sebesar 1,09% pada Mei 2024. 

Lihat berita dan artikel lainnya di saluran Google Berita dan WA