Bisnis.com, JAKARTA – Belakangan ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kejadian peretasan yang mengganggu Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 akibat serangan ransomware.

Pelaku menuntut uang tebusan Rp 130 miliar sambil berjanji tidak akan mempublikasikan datanya.

Berdasarkan catatan Bisnis, kelompok penyebar virus tersebut bernama LockBit, kelompok hacker yang aktif sejak 2019 yang dulu bernama ABCD.

Mereka berhasil menyerang sistem 210 instansi pemerintah dari tingkat pusat hingga daerah. Akibatnya, informasi rahasia pemerintah berisiko tinggi dibocorkan dan disalahgunakan oleh pihak tertentu.

Hal ini juga berisiko terjadinya penyalahgunaan informasi publik Indonesia untuk kepentingan pribadi. Pinjol misalnya, menjadi salah satu ketakutan masyarakat yang banyak diperbincangkan di berbagai media sosial karena akan berdampak pada BI Checking karena dianggap tidak akan membayar pinjaman.

Kasus ini bukan kali pertama terjadi, berdasarkan laporan yang diterbitkan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan disiapkan oleh dataindonesia.id, disebutkan terdapat 279,84 juta serangan siber di Internet sejak tahun 2023.

Kasus serangan uang tebusan juga terjadi di beberapa negara dan pelaku kejahatan menuntut uang tebusan dalam jumlah besar. Di bawah ini 7 kasus serangan ransomware termahal 1. Serangan Ransomware WannaCry, Tebusan Bitcoin 4 Miliar dollar

Serangan ransomware WannaCry terjadi pada Mei 2017 dan menyebar ke seluruh dunia menggunakan komputer Windows. Dulu, Windows memberikan informasi kepada penggunanya untuk memperbarui alat keamanan bernama EternalBlue. Namun banyak pengguna yang tidak melakukannya, sehingga virus mudah masuk. Serangan ini menyebabkan 230.000 pengguna Windows di 150 negara tidak dapat mengakses beberapa dokumen karena dienkripsi. Kelompok WannaCry menuntut uang tebusan sebesar $4 miliar. 2. Serangan Mount Lock, tebusan $2 miliar

Menurut Manchester Evening News, Amey PLC, pelanggan terkenal dari perusahaan pengumpulan sampah Trafford, menjadi target kelompok ransomware Mount Locker.

Peristiwa ini terjadi pada bulan Desember 2020, dimana Mount Locker berhasil mengantongi dokumen kontrak kerja, laporan keuangan, catatan pinjaman, perjanjian kerjasama rahasia, dokumen korespondensi antar departemen dan dewan pemerintah Inggris, cetak biru dan dokumen penting lainnya. Mount Locker menuntut uang tebusan sebesar USD 2 miliar atau lebih dari Rp 3,2 triliun. Meski mereka merilis dokumen tersebut ke publik pada 26 Desember 2020. 3. Kasus peretasan Hive Group, uang tebusan $240 juta

Sebuah kelompok bernama Hive mendistribusikan virus ransomware ke MediaMarkt, salah satu pengecer elektronik terbesar di Eropa, yang menyebar ke 13 negara. Serangan itu terjadi pada November 2021. Hive mengenkripsi server dan stasiun kerja MediaMarkt sehingga sistem perusahaan tidak dapat digunakan, terutama untuk mencegah penyebaran virus ke jaringan lain.

Peretasan tersebut menyebabkan gangguan pada jaringan gudang Belanda dan Jerman, salah satunya mesin kasir tidak dapat memproses transaksi. Diklaim lebih dari 3.100 server down. Hive menuntut uang tebusan sebesar 240 juta dolar. 4. Kasia Peretz, uang tebusan 70 juta dollar

Menurut Washington Post, Kaseya adalah perusahaan teknologi di Florida. Perusahaan tersebut menjadi korban serangan ransomware oleh Revil pada Juli 2021. Infeksi ransomware menyebabkan gangguan pada 800-1.500 bisnis di bawah Kaseya, termasuk supermarket di Swedia dan sekolah di Selandia Baru dengan penutupan komputer dan ancaman untuk menghapus dokumen penting. Untuk memulihkan ketertiban, mereka meminta uang tebusan sebesar 70 juta dolar atau Rp 11,4 miliar. 5. Perusahaan asuransi CNA dilanggar, uang tebusan 40 juta dolar

CNA Financial Corporation terpaksa membayar uang tebusan sebesar 40 dolar atau Rp

Peretas menggunakan browser palsu untuk mengambil alih lebih dari 15.000 sistem perusahaan dengan menyebarkan tidak hanya ransomware, penjahat juga dapat membobol perangkat karyawan jarak jauh yang terhubung ke VPN perusahaan, informasi medis, daftar nama karyawan, dan dokumen kontrak. Akibatnya, kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan pendaftaran asuransi menurun sehingga berdampak pada pendapatan. 6. Serangan tebusan Conti Group, tebusan $20 juta

Kali ini serangan ransomware diluncurkan terhadap sistem pemerintahan Kosta Rika pada Juni 2022 oleh Conti Group. Mereka menyerang server Kementerian Keuangan untuk mematikan sistem virtual administrasi perpajakan dan data kepabeanan, dua hari kemudian mereka membobol Kementerian Sains, Inovasi, Teknologi dan Komunikasi. Segera setelah itu, mereka menyerang email Layanan Cuaca Nasional dan mencuri informasi penting lainnya. Akibatnya, pemerintah terpaksa menutup sistem komputer untuk pelaporan pajak dan pengendalian serta pengelolaan impor dan ekspor. 7. Serangan Netwaller terhadap Universitas California, tebusan jutaan dolar

Forbes melaporkan bahwa Universitas California harus membayar uang tebusan sebesar $1,14 juta. makalah akademis dan data layanan masyarakat Sebulan sebelum acara, Netwalker menjadikan situs web Champaign Urbana Public Health District (CHUPD) online di Illinois sehingga masyarakat tidak dapat mengaksesnya. (Muhammad Solton Candias Agung)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel