Bisnis.com, Jakarta – Panitia Khusus atau Pansus Hak Penyidikan Haji 2024 telah memberikan lima rekomendasi penyelenggaraan haji. Rekomendasi tersebut disampaikan pada Rapat Umum DPR RI terakhir periode 2019-2024.
Ketua Pansus Hak Haji 2024 Nasroon Wahid mengatakan, rekomendasi pertama perlu adanya peninjauan kembali Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah serta UU Nomor 8 Tahun 2019. 34/2014 tentang pengelolaan keuangan haji.
“…Mengingat situasi aturan dan tata cara pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi saat ini,” kata Nasroon yang membacakan laporan Pansus Haji dalam sidang paripurna yang digelar di Gedung Parlemen, Senin (30/9). /2024).
Pihaknya juga memandang perlunya sistem akuntansi terbuka dalam penetapan kuota haji, khususnya haji khusus, termasuk alokasi kuota tambahannya. Menurutnya, setiap keputusan harus berdasarkan aturan yang jelas dan dikomunikasikan secara jelas kepada masyarakat.
Setelah itu pelaksanaan Proses Haji Khusus, Panitia Khusus merekomendasikan penguatan dan peningkatan peran Pemerintah Negara dalam pengendalian kegiatan Haji Khusus.
Pansus Haji juga mendorong penguatan peran instansi pemerintah daerah seperti Kementerian Agama dan Wakaf serta Irjen BPKP untuk mengelaborasi dan memperkuat pengawasan penyelenggaraan haji.
Terakhir, Pansus Haji berharap pemerintah mendatang bisa melahirkan sosok yang dinilai lebih mumpuni dan mumpuni untuk mengisi posisi Menteri Agama dan Wakaf (Minag).
“Pansus berharap pemerintahan Republik Indonesia selanjutnya akan mengisi jabatan Menteri Agama dengan orang yang dinilai lebih berkompeten dan mampu mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengatur proses ibadah haji”. Berikut rekomendasi lengkap Pansus Haji 2024.
1. Revisi Peraturan No. 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah serta UU No. 34/2014 dengan mempertimbangkan keadaan terkini mengenai pengelolaan keuangan haji yang terdapat pada sistem dan proses penyelenggaraan kegiatan haji di Arab Saudi.
2. Perlu adanya sistem yang terbuka dan akuntabel dalam menentukan alokasi ibadah haji, khususnya haji khusus, termasuk alokasi kuota tambahan. Setiap keputusan yang diambil harus berdasarkan kriteria yang jelas, dan harus dikomunikasikan secara jelas kepada masyarakat.
3. Penyelenggaraan Proses Haji Khusus, Panitia Khusus mengusulkan untuk memperkuat dan meningkatkan peran Pemerintah Negara dalam mengendalikan pelaksanaan proses Haji Khusus.
4. Panitia mendorong penguatan peran instansi pemerintah daerah (seperti Kementerian Agama dan Inspektorat Jenderal BPKP) untuk mengelaborasi dan memperkuat perlindungan penyelenggaraan haji. Jika diperlukan tindak lanjut, pengawas eksternal seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan aparat penegak hukum (polisi, kejaksaan, dan komisi anti korupsi) dapat dilibatkan.
5- Panitia Khusus berharap Pemerintah Republik Indonesia selanjutnya akan mengisi jabatan Menteri Agama dan Wakaf dengan orang yang dinilai lebih mampu dan kompeten dalam mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengelola kegiatan haji.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel