Bisnis.com, JAKARTA – Emisi jejak karbon meningkat menjadi 37,4 miliar ton pada tahun 2023, yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah.
Menurut NASA, sejak sekitar 200 tahun setelah Revolusi Industri, karbon dioksida global telah meningkat sebesar 50% di atmosfer bumi. Peningkatan ketinggian ini merupakan penyebab utama perubahan iklim.
Hampir semua hal yang dilakukan manusia – baik dalam skala besar maupun individu – menghasilkan jejak karbon. Beberapa diantaranya adalah penggunaan bahan bakar fosil, listrik, industri dan transportasi.
Jejak karbon sudah tidak bisa dihindari lagi. Namun, kini ada upaya global untuk mengurangi jejak karbon, seperti kebijakan emisi nol bersih yang mulai diterapkan di banyak negara.
Menurut GreenMatch dan Investopedia, sebagian besar negara masih memiliki jejak karbon yang tinggi karena jumlah penduduknya juga tinggi. Apalagi sebagian besar kegiatannya bersifat industri. Simak 5 negara dengan kandungan karbon tertinggi: 1. China
Tiongkok sedang mengalami perkembangan ekonomi dan industri yang pesat. Proyek infrastruktur, kepadatan penduduk dan penggunaan transportasi berkontribusi terhadap tingginya jejak karbon di negara ini.
Pada tahun 2022, Tiongkok akan memproduksi 11,39 juta metrik ton gas karbon dioksida. Sumber utama bahan bakar fosil adalah pembakaran batu bara.
Batubara yang kaya akan karbon jika dibakar dapat melepaskan karbon dioksida dalam jumlah besar ke atmosfer bumi.
Populasi Tiongkok melebihi 1,4 miliar orang. Hal ini menjadi salah satu faktor utama tingginya kebutuhan energi dan listrik di negeri ini. Namun, Tiongkok telah berkomitmen untuk mencapai “netralitas karbon” pada tahun 2060. 2. Amerika Serikat
Dengan jumlah penduduk sekitar 333 juta jiwa, AS akan mengeluarkan 5 juta metrik ton gas karbon dioksida pada tahun 2022. Meskipun AS memiliki populasi tertinggi ketiga setelah India, AS memiliki peringkat produksi jejak karbon yang lebih tinggi dibandingkan India. Hal ini juga unik karena Amerika telah membuat kemajuan dalam energi terbarukan.
Selain industri bahan bakar fosil, alasan utamanya adalah transportasi merupakan tulang punggung perekonomian AS. Penggunaan bensin sangat tinggi.
Amerika mengimpor dan mengekspor barang menggunakan truk, kapal laut, dan pesawat dalam jumlah besar. Secara individual, hampir seluruh warga menggunakan mobil pribadi.
Selain itu, cuaca yang dinamis di AS mendorong penduduknya untuk memiliki sistem pemanas dan ventilasi. Angka menunjukkan bahwa separuh warga AS masih menggunakan gas alam dan sisanya menggunakan sumber energi terbarukan.
Meskipun Amerika telah berjanji untuk mengurangi penggunaan batu bara untuk listrik, negara ini masih menghasilkan banyak minyak.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA