Bisnis.com, JAKARTA – Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri semakin dihantam berbagai tantangan domestik dan ekspor. Tak sedikit perusahaan tekstil yang akhirnya bangkrut karena tak sanggup lagi menopang beban tersebut.

Situasi ini tentu akan memicu gelombang PHK yang tidak bisa dihindari. Bahkan, salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia ini disebut-sebut akan mengalami PHK massal yang berpotensi menutup pabriknya.  

Sebagian besar industri TPT saat ini dijalankan oleh perusahaan yang fokus pada permintaan produksi dan pasar dalam negeri. Sementara itu, perusahaan-perusahaan yang beroperasi di luar negeri dikatakan mampu bertahan karena meningkatnya permintaan.  Berikut 5 fakta penutupan pabrik tekstil dan PHK massal: 1. Fakta penutupan pabrik dan PHK massal

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat PHK pekerja garmen di sentra industri tekstil seperti Bandung dan Solo mencapai 7.200 pekerja pada tahun 2023. Sedangkan hingga Mei 2024, total PHK mencapai 10.800 pekerja. 

Sedangkan pada triwulan I tahun 2024, jumlah PHK sektor TPT mencapai 3.600 pekerja atau meningkat 66,67% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada awal tahun 2023, API juga mencatat sekitar 20-30 pabrik telah tutup. 

Di sisi lain, menurut data Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN), jumlah pekerja yang diberhentikan pada tahun 2024 mencapai 13.800 pekerja. 

Tak hanya itu, pihaknya akan menutup 6 pabrik mulai awal Juni 2024, antara lain PT S Dupantex di Jawa Tengah (700 pekerja di-PHK), PT Alenatex di Jawa Barat (700 pekerja di-PHK), PT Kusumahadi Santosa di Jawa Tengah. (500 pekerja di-PHK), PT Kusumaputra Santosa di Jawa Tengah (400 pekerja di-PHK). 

Kemudian, PT Pamor Spinning Mills di Jawa Tengah (700 orang) dan PT Sai Apparel di Jawa Tengah (8.000 orang). Di saat yang sama, terdapat juga pabrik tekstil yang meningkatkan efisiensi pekerja. 

Beberapa pabrik yang masih beroperasi namun melakukan PHK pada awal tahun ini antara lain PT Sinar Panca Jaya di Semarang, dan jumlah PHK hingga awal Juni 2024 mencapai 2.000 orang.

Sedangkan PT Bitratex di Semarang memberhentikan sekitar 400 orang, PT Johartex di Magelang memberhentikan 300 orang, dan PT Pulomas, Bandung memberhentikan 100 orang. 2. Alasan penutupan pabrik

Presiden KSPN Ristadi mengatakan, alasan penutupan pabrik tekstil dan pemecatan banyak orang adalah karena langkanya pesanan tekstil di pabrik lokal, bahkan ada beberapa pabrik yang tutup karena tidak ada pesanan. Tak hanya lokal, pasar luar negeri pun masih dalam kondisi yang sangat buruk. 

Yang lokal karena pasar lokal penuh dengan barang-barang kain yang diimpor dari negara lain, terutama China, sehingga produk kain lokal tidak bisa dijual karena harga jualnya rendah, ujarnya.

Wakil Presiden Jenderal API David Leonardi mengatakan permasalahan utama penyebab PHK besar-besaran adalah menurunnya pesanan di industri TPT dalam negeri karena harga produk sulit bersaing dengan harga di negara lain. 

“Produk TPT Indonesia bersaing dengan produk impor yang harganya lebih murah dibandingkan produk TPT Indonesia,” ujarnya. 

Menurut dia, rendahnya harga produk TPT impor yang masuk ke pasar dalam negeri Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah lebih menguntungkannya persaingan produsen TPT di negara lain dibandingkan Indonesia. 3. Pesangon yang belum dibayar

Presiden KSPN Ristadi mengatakan sebagian besar pabrik yang fokus pada pasar dalam negeri telah tutup dan tidak dapat memberikan pesangon kepada pekerjanya karena kondisi keuangan yang sulit dengan banyak hutang dan hipotek.

Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita dan WA Channel