Bisnis.com, Jakarta – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui United Nations Tourism Organization menominasikan 55 desa sebagai “Desa Wisata Terbaik 2024” atau desa wisata terbaik. Pemenangnya dipilih dari 260 nominasi yang diterima UN Tourism dari lebih dari 60 negara anggota.
Menurut Zorab Pololikashvili, Sekretaris Jenderal Pariwisata PBB, desa wisata terbaik juga dinilai berdasarkan kekuatan transformatif pariwisata.
“Inisiatif Desa Wisata Terbaik tidak hanya mengakui pencapaian luar biasa dari desa-desa tersebut, namun juga menyoroti kekuatan transformatif pariwisata,” katanya, menurut Bloomberg.
Menurut Bloomberg, di antara pemenang desa wisata terbaik tahun 2024, ada lima desa yang mudah dijangkau wisatawan. Berikut 5 desa wisata yang mudah dijangkau menurut Bloomberg: 1. Splügen, Swiss
Splügen, terletak di Pegunungan Alpen Swiss dekat perbatasan Italia, memiliki area kecil sebagai tujuan liburan ski. Meskipun tempat ini lebih kecil dari St. Morris ramai dan hanya berjarak satu setengah jam perjalanan dengan mobil, di situlah letak daya tariknya.
Destinasi liburan musim dingin ini dapat memberikan relaksasi bagi pengunjung dengan akses ke danau jernih dan Taman Alam Regional Beverin.
Tahun depan mereka akan membuka Speluca Brewery Hotel, yang dirancang dari ruang-ruang terbengkalai di pinggiran desa, termasuk gudang-gudang tua dan bekas hotel tahun 1960-an. Tak hanya itu, juga akan ada bangunan baru yang mencerminkan estetika kayu tradisional desa tersebut.
Mulai tahun 2020, Splügen akan menjadi bagian dari kawasan lindung dan sejauh ini 10 komunitas tinggal di sini. Mereka berkomitmen untuk melestarikan kawasan Splügen dan menarik lebih banyak pengunjung sepanjang tahun. 2. San Rafael de la Laguna, Ekuador
San Rafael de la Laguna terletak di kaki Pegunungan Andes, kurang dari dua jam berkendara ke utara Quito. Terletak di dekat Imbacocha, atau Danau Para Dewa, juga dikenal sebagai Lago San Pablo, ini adalah contoh kekayaan alam Ekuador yang luar biasa.
Untuk menikmati kekayaan alam, pengunjung dapat mengikuti tur melihat burung bangau dan perahu bebek tradisional yang terbuat dari alang-alang tora, serta tanaman air lokal yang tumbuh subur di kawasan tersebut.
Bagi yang suka bersepeda akan menemukan jalur yang melewati Lembah Otavalo dan akan melihat desa-desa tempat diadakannya perayaan sesuai adat istiadat setempat. Namun bagi yang gemar membuat kerajinan tangan, bisa mengikuti workshop yang mengajarkan cara membuat keranjang, nampan, dan topi anyaman Totora. 3. Sohail Barat, Mesir
Jika Anda berencana mengunjungi Grand Egyptian Museum pada tahun 2025, sebaiknya singgah di Aswan, sebelah selatan Giza. Dari sana, naik perahu selama 30 menit ke selatan menuju desa kuno Nubia yang damai di West Sohail, yang terletak di tepi Sungai Nil.
Di sebelah barat Sohail, rumah-rumah dicat dengan warna biru, kuning, kuning keemasan hingga kuning pucat. Namun lebih dari itu, pengunjung akan melihat seni mural luar biasa yang dikatakan sebagai museum luar ruangan yang hidup di area tersebut.
Kapan pun memungkinkan, pengunjung diundang ke rumah keluarga Nubia untuk mempelajari cara hidup mereka. Setelahnya, pengunjung dapat menghabiskan waktu berbelanja di pasar, di mana mereka dapat membeli kerajinan tangan, perhiasan, dan rempah-rempah. 4. Pissouri, Siprus
Di pantai barat daya Siprus yang terjal, Pissouri adalah alternatif yang lebih tenang dibandingkan resor Limassol, hanya 30 menit berkendara ke arah timur.
Pengunjung di sini dapat memilih aktivitas luar ruangan seperti mendaki Cape Astrot Trail, yang di sepanjang jalur tersebut terdapat tebing besar, hingga menikmati pemandangan teluk biru kehijauan dan pantai berpasir berkerikil yang menakjubkan.
Setelah itu, pengunjung dapat menyantap farma, makanan khas Siprus berupa piring-piring kecil berisi keju lokal, buah zaitun, makanan laut, serta daging panggang dan saus, di desa pertanian berbatu yang dipenuhi dengan kios-kios lokal.
Untuk menjelajahi warisan Pissouri lebih dalam, pengunjung dapat mengikuti tur berpemandu di G Theophamous Winery tentang sejarah anggur Soltania dan tradisi pembuatan anggur Pissouri.
Sementara itu, untuk menarik lebih banyak pengunjung, desa pertanian kecil ini membangun jalur pejalan kaki yang dapat diakses oleh wisatawan penyandang disabilitas, serta museum rumah halloumi – keju khas Siprus – yang memamerkan produk susu di wilayah tersebut. 5. Uaxactun, Guatemala
Kebanyakan orang berkendara ke Taman Nasional Tikal dan tanpa sadar melewati Uaxactún, sebuah situs bersejarah Maya kuno yang hanya berjarak 30 menit berkendara ke utara. Namun, ada jalur hutan yang sepi di mana pengunjung dapat melihat kuil-kuil di kawasan itu, termasuk kompleks upacara, pengamat bintang, dan observatorium astronomi yang pernah digunakan oleh suku Maya untuk menandai peristiwa langit.
Sekadar informasi, Uaxactún mencapai puncak ketenarannya antara tahun 600 dan 900 M, ketika seni dan astronomi menjadi pusat penting.
Jika Anda tertarik dengan kerajinan lokal, Anda bisa bertanya pada kelompok perempuan setempat Brisas de la Selva Maya, di mana pengunjung belajar membuat kalung dan gelang dari unsur hutan seperti biji-bijian, jamur, dan bunga.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel