Bisnis.com, Jakarta- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pembiayaan piutang melalui program Buy Now Pay Later (BNPL) atau multifinance dan bank pallor terus meningkat. 

Dari sisi keuangan, hingga Agustus 2024, piutang Balator mencapai Rp7,99 triliun. Angka tersebut tumbuh sebesar 89,20% year-on-year (YoY). Sedangkan bank mencapai Rp18,01 triliun, tumbuh year-on-year sebesar 36,66%. 

Melihat pertumbuhan pesat tersebut, Dosen Senior Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LBPI) Amin Noordin mengomentari pertumbuhan bisnis gaji. 

Menurutnya, membangun bisnis berbayar memerlukan tiga hal utama. Pertama, inovasi di sisi infrastruktur. Kepada Bisnis, Senin (21/10/2024) Amin mengatakan, “Inovasi di bidang infrastruktur [perlu] lebih canggih atau cutting edge.” 

Kedua, Amin menekankan bahwa modal yang kuat penting bagi perusahaan untuk memperluas layanan dan menciptakan fitur-fitur yang lebih inovatif dan menarik bagi berbagai kelompok masyarakat. Terakhir, inovasi pada sisi sumber daya manusia (SDM). 

Menurutnya, sumber daya manusia yang terlatih akan menjadi tulang punggung industri BNPL untuk mengimbangi perkembangan teknologi. Amin mengatakan, kolaborasi dengan platform digital diperlukan untuk memperluas pangsa pasar Ballator. Menurutnya, menciptakan ekosistem sangat penting dalam mengembangkan bisnis berbayar. 

Selain itu, diperlukan inovasi limit kredit agar layanan ballator dapat menjangkau segmen menengah ke atas dengan limit yang lebih tinggi, misalnya dari Rp 2 juta hingga Rp 500 juta atau lebih. Meski demikian, menurut Amin, inovasi dan infrastruktur yang kuat tetap diperlukan untuk memperluas jaringan layanan Ballator. 

Berkolaborasi dengan ekosistem transportasi umum seperti MRT atau LRT serta e-commerce merupakan cara yang baik untuk memperluas layanan. Selain potensi yang lebih baik, Wamenlu juga menyoroti beberapa risiko yang patut diwaspadai oleh perusahaan penyedia layanan platform tersebut. Risiko utama adalah penyalahgunaan database pelanggan. 

“Ada kemungkinan penyalahgunaan data oleh bank atau nasabah,” imbuhnya.

Menurutnya, perusahaan harus memperkuat sistem credit scoring dan memperketat prosedur kredit untuk mengurangi risiko tersebut. Selain itu, berkolaborasi dengan asuransi untuk berbagi risiko atau berkolaborasi dengan platform digital lainnya dapat menjadi langkah mitigasi yang efektif. “Risiko bisa ditanggung bersama melalui kolaborasi dengan platform digital lain atau melalui e-commerce,” sarannya.

Amin juga menyoroti semakin besarnya ancaman kejahatan siber di era digital ini. Oleh karena itu, menurutnya, perusahaan harus memastikan keamanan siber yang ketat untuk melindungi data pelanggan dan mengurangi risiko kejahatan siber. “Kejahatan siber merupakan ancaman dimana-mana, sehingga sistem keamanan harus dijaga dengan baik,” ujarnya.

Amin menilai Balator bisa menjadi salah satu alternatif Kredit Tanpa Agunan (KTA), khususnya untuk kredit skala kecil dan menengah. Ia yakin layanan Ballator akan terus berkembang dan berpotensi menggantikan layanan kartu kredit, khususnya di segmen menengah ke bawah. 

“Ini seperti membawa bisnis kartu kredit ke level yang berbeda,” kata Amin.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel